REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mendesak dunia internasional untuk tidak mengendurkan kewaspadaan terkait Korea Utara (Korut). Tokyo meminta dunia untuk tetap mematuhi sanksi dan terus mengawasi korut.
Permintaan itu dilakukan Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera terkait aktifitas melunak yang ditunjukan Korut. Dia memperingatkan dunia agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan pada awal 1994 lalu.
Onodera mengungkapkan, saat itu Korut juga berkomitmen untuk menyerahkan persenjataan nuklir mereka. Namun, dia melanjutkan, negara komunis itu tetap melanjutkan program pengembangan nuklir hingga mereka sempat mengancam dunia beberapa waktu lalu.
Secara khusus, Onodera meminta dunia internasional untuk tidak mengangkat sanksi yang diberlakukan terhadap Korut. Dia mengatakan, dunia tidak perlu memberikan imbalan lebih hanya karena mereka sepakat untuk mengadakan dialog.
"Kita telah melihat bagaimana sejarah berulang, dimana Korut sepakat akan denuklirisasi untuk menggambarkan dirinya sebagai negara damai dan maju namun pada akhirnya berbalik untuk membatalkan semua upaya internasional menuju perdamaian," kata Itsunori Onodera seperti diwartakan Aljazirah, Sabtu (2/6).
Pernyataan Onodera dilontarkan jelang pertemuan Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 12 Juni nanti di Singapura. Pernyataan Onodera berbanding terbalik dengan kata-kata yang dilontarkan pemerintah Korea Selatan yang menyatakan tidak perlu meragukan niatan denuklirisasi Korut.
Sementara, pertemuan puncak antara Donald Trump dan Kim Jong-un tampaknya akan tetap dilakukan sesuai rencana awal. Trump juga telah membuat keputusan setelah ia menyambut kedatangan tangan kanan Kim Jong-un, Kim Yong-chol di Gedung Putih.