REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pemerintah Venezuela membebaskan lebih banyak aktivis yang menentang Presiden Nicolas Maduro, Sabtu (2/6). Pembebasan kali ini dilakukan terhadap kelompok kedua, setelah mereka dituding melakukan kejahatan dan kekerasan terhadap pemerintah negara itu.
Pembebasan juga dilakukan menyusul terpilihnya kembali Maduro dalam pemungutan suara yang digelar di Venezuela pada bulan lalu. Pemerintah negara itu mengatakan bahwa pembebasan para aktivis adalah bagian dari gerakan perdamaian.
Sebelumnya, 39 aktivis yang dikelompokkan dalam grip pertama dibebaskan pada Jumat (1/6). Kemudian disusul dengan pembabasan terbaru kali ini pada Sabtu (3/6), sebanyak 40 aktivis dibebaskan.
Diantara tokoh-tokoh aktivis yang dibebaskan adalah Angel Rivas, seorang mantan jenderal angkatan darat. Kemudian ada Daniel Ceballos, mantan wali kota San Cristobal, serta politisi Wilmer Azuaje dan Gilber Caro.
"Saya sangat bahagia dan bersyukur karena keluarga kami dapat bersatu kembali, semoga demikian dengan mereka yang terpisah lainnya dan Venezuela harus menjadi lebih baik," ujar istri dari Azuaje, Kelly, Sabtu (3/6).
Presiden Maduro yang telah menduduki jabatan pemimpinVenezuela dalam enam tahun terakhir. Ia yang berjanji untuk mengakhiri ancaman imperialis di negara itu telah terpilih kembali dalam pemilihan presiden kontroversoal yang seharusnya digelar pada Desember mendatang, menjadi pada Mei.
Pemerintah yang dipimpin Maduro dianggap telah menciptakan krisis di Venezuela. Politisi oposisi menyalahkan kebijakan sosialis yang diterapkan oleh Maduro, serta pendahulunya mantan presiden Hugo Chavez.