REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Keberadaan warga Rohingya tidak hanya kesulitan di negeri pengungsian, tapi juga tertekan di negeri sendiri, Myanmar. Hal itu disaksikan sendiri oleh tim Relawan Nusantara Penanggulangan Bencana Lembaga Manajemen Infaq (RNPB LMI).
Pada aksi kemanusiaan tersebut, dua anggota relawan Susanto dan M.Irfan Nurdiansyah melihat masyarakat Rohingya hidup dalam keterbatasan. Karena itu, sejak Ahad (27/5) mereka berangkat dari Surabaya ke Myanmar. Keduanya menyalurkan bantuan berupa paket Program Ramadhan berisi sembako dan medical kits.
Paket tersebut dapat dimanfaatkan untuk sekitar satu bulan. Isinya beras 25 kilogram dilengkapi minyak goreng, gula, cabai, dan lainnya. Pada Jumat dan Sabtu (1-2/6) ada ratusan paket yang didistribusikan langsung ke Sittwe Township di Rakhine State.
"Selama penyaluran banyak lika-liku yang kami alami," ucap salah satu anggota relawan, Susanto. Menurut dia, perjuangan dimulai saat perjalanan sempat tertunda hingga berhari-hari karena cuaca ekstrim. Mulai dari badai taifun hingga hujan deras.
Yang lebih berat, tim juga tersendat karena perizinan. Untuk bisa melakukan aksi kemanusiaan ke sejumlah desa dan kamp pengungsian di Sittwe Township, tim harus memiliki Travel Approval (TA). Itu adalah "surat sakti" yang ditanda tangani oleh jenderal atau kolonel setempat yang menjadi penentu boleh tidaknya masuk ke kamp.
“NGO dari mana saja, setiap kali ingin masuk ke kamp harus menyerahkan surat TA ini," ungkap Susanto.
Selanjutnya, perjalanan untuk mencapai kamp juga jauh. Jaraknya sekitar 25 kilometer dengan medan mulai dari jalan aspal yang berlubang, bebatuan, dan lumpur. Sampai di lokasi pun tim melintasi banyak pos penjagaan. Di situ selalu diperiksa terkait TA.
Pada Sabtu (2/6) siang, akhirnya tim RNPB Laznas LMI sampai di tempat penyaluran pertama. Yakni Ohn Daw Gyi Village. Sebanyak 135 paket diberikan bagi warga Rohingya. Setiap kepala keluarga mendapatkan bantuan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan selama satu bulan.
Setelah shalat Dhuhur bersama warga, pendistribusian berlanjut ke Ohn Daw Shay Village. Lantaran perjalanan cukup jauh, tim baru sampai sore hari. Paket bantuan disalurkan di salah satu rumah tokoh masyarakat setempat.
Pendistribusian pun berlangsung tertib. Satu per satu warga dipanggil untuk menerima bantuan pangan. Laznas LMI membagikan sekitar 108 paket sembako. Masyarakat Rohingya begitu gembira dengan bantuan tersebut. Mereka bisa menjalani Ramadhan dengan hati tenang. Bahkan, anak-anak pun ikut senang.
"Terima kasih, Indonesia," ujar mereka bersamaan dengan penuh semangat.
Tempat ketiga yang dikunjungi adalah Basara Camp. Letaknya lumayan jauh. Padahal, pukul 17.00 tim harus keluar dari kamp atau kemungkinan buruk bisa terjadi. "Di Rakhine khususnya di kampung atau kamp muslim, jam malam masih berlaku," ujar Susanto.
Sebanyak 200 paket langsung di salurkan di salah satu madrasah di Basara Camp. Tim begitu antusias membagikan paket sampai lupa waktu sudah melewati jam malam. Yakni pukul 17.15. Dengan cepat tim bergegas meninggalkan camp.
Pada pos penjagaan terakhir, tim kemanusiaan dihadang oleh polisi yang berjaga dan menanyakan apa kegiatan yang dilakukan sampai melewati jam malam. "Alhamdulillah driver kami dari warga lokal, jadi bisa menjelaskan dengan baik menggunakan bahasa setempat. Akhirnya kami bisa kembali dengan aman," ungkap Susanto.
Perjalanan menyalurkan paket Ramadhan untuk Rohingya itu rencananya berlangsung hingga Kamis (7/6). Tim RNPB akan terus berupaya menembus kamp-kamp pengungsi untuk mendistribusikan amanah bantuan warga Indonesia kepada saudara sesama muslim di Rakhine. Semoga bantuan itu dapat memberi kebahagiaan di Ramadhan ini. Aamiin.