REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan stabilitas harga pangan memberikan kepastian terhadap pengendalian laju inflasi yang pada Mei 2018 tercatat sebesar 0,21 persen.
"Stabilitas harga pangan dan pasokan bisa memberikan tingkat kepastian," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (4/6).
Sri Mulyani mengatakan, laju inflasi pada Mei atau pada awal periode Ramadhan ini relatif rendah dibandingkan pencapaian sebelumnya.
Untuk itu, ia menyambut baik hasil koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia yang selama ini telah menjaga inflasi tetap rendah guna menjaga daya beli masyarakat. "Kita sambut gembira bahwa memasuki Ramadhan dan mendekati Lebaran hanya 0,21 persen. Tahun lalu menjelang lebaran bisa hampir setengah persen," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat pada periode awal Ramadhan pada Juni 2016, inflasi tercatat sebesar 0,66 persen dan pada Mei 2017, inflasi tercatat 0,39 persen.
Inflasi tahun ke tahun (yoy) pada Juni 2016 juga tercatat mencapai 3,45 persen dan pada Mei 2017 sebesar 4,33 persen. Hingga Mei 2018, inflasi tahun ke tahun tercatat hanya sebesar 3,23 persen.
Sri Mulyani mengharapkan upaya pengendalian inflasi yang telah berjalan baik hingga pertengahan tahun, bisa dipertahankan, agar sasaran inflasi pada akhir 2018 tercapai sesuai asumsi dalam APBN sebesar 3,5 persen. "Kita jaga prestasi dan kondisi ini agar per tahun bisa sesuai asumsi APBN 3,5 persen," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Meski pengendalian bahan pangan relatif berhasil pada Mei 2018, namun terdapat beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan harga pada awal Ramadhan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar dan bawang merah.
Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga dan ikut menekan inflasi pada periode ini adalah cabai merah, bawang putih, beras dan cabai rawit.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, inflasi Mei 2018 adalah sebesar 0,21 persen. Jika dibandingkan dengan periode awal Ramadhan tahun lalu yang juga jatuh pada Mei, inflasi ketika itu adalah sebesar 0,39 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menilai, lebih rendahnya inflasi, karena inflasi komponen harga bergejolak lebih terkendali tahun ini. "Saya kira daya beli tidak melemah. Yang tidak biasa adalah volatile food betul-betul sangat terkendali. Bulan ini penyebab utama adalah inflasi inti. Ini makanya 0,21 persen saya bilang bagus," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (4/6).