Senin 04 Jun 2018 17:14 WIB

Inflasi Rendah, Pengamat: Daya Beli Belum Pulih

BPS mencatat inflasi pada Mei sebesar 0,21 persen.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi menilai, inflasi Mei 2018 sebesar 0,21 persen (month to month/mtm) dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang belum pulih. Hal itu membuat tingkat inflasi pada Mei tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 0,39 persen.

"Memang konsumsi rumah tangga masih belum tumbuh kuat dan daya beli masih belum pulih," kata Eric ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (4/6).

Ia menilai, faktor permintaan yang belum tumbuh kuat membantu inflasi terkendali di periode Ramadhan tahun ini. Meski begitu, ia tak menampik, terdapat perbaikan pula dari sisi suplai seperti kebijakan impor beras. Kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan BBM bersubsidi dan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun ini juga dinilai membantu inflasi tetap terjaga.

Eric memproyeksikan inflasi bulanan pada Juni 2018 akan lebih tinggi dari Mei 2018 karena dorongan lebaran. Kendati demikian, ia meyakini angka inflasi pada Juni 2018 baik secara bulanan maupun tahunan tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.

"Karena tekanan dari demand side tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya proyeksi sementara saya untuk Juni di sekitar 0,5 hingga 0,6 persen (mtm)," kata Eric.

Dengan sejumlah faktor tersebut, Eric meyakini inflasi akan terkendali hingga akhir tahun. "Angka inflasi rendah hingga saat ini, jadi untuk inflasi full year bisa di kisaran 3,5 hingga 3,8 persen," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data inflasi Mei 2018 sebesar 0,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan periode awal Ramadhan tahun lalu yang juga jatuh pada Mei, inflasi ketika itu adalah sebesar 0,39 persen.

 

Kepala BPS Suhariyanto menilai, hal tersebut diakibatkan inflasi komponen harga bergejolak lebih terkendali tahun ini. "Saya kira daya beli tidak melemah. Yang tidak biasa adalah volatile food betul-betul sangat terkendali. Bulan ini penyebab utama adalah inflasi inti. Ini makanya 0,21 persen saya bilang bagus," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (4/6).

Suhariyanto mengatakan, tingkat inflasi inti pada Mei 2018 adalah sebesar 0,21 persen dengan andil 0,12 persen pada total inflasi Mei 2018. Sementara, inflasi harga yang diatur pemerintah adalah 0,27 persen dengan andil 0,06 persen dan inflasi harga bergejolak adalah 0,19 persen dengan andil 0,03 persen.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi bahan pangan pada Mei 2018 adalah sebesar 0,21 persen. Kelompok tersebut memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement