REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Golkar Bobby Adhityo Rizaldi menanggapi pertemuan Rizieq Shihab, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Dewan Pertimbangan PAN Amien Rais di Makkah, Arab Saudi, Sabtu (2/6) pekan lalu. Bobby mengatakan pertemuan itu mempertajam polarisasi di masyarakat.
Bobby mengakui tidak ada yang salah, baik dari persepktif hukum atau etika, dengan kunjungan tersebut. Akan tetapi, dia mengatakan, pertemuan ini dapat memprovokasi secara halus dan mempertajam polarisasi yang sudah ada di masyarakat sejak penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Anggota Komisi I DPR ini memang tidak secara langsung mengatakan bahwa pertemuan tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan elektabilitas partai tersebut. Terutama di antara pemilih dari kalangan umat Islam.
Namun, ia mengatakan, ada individu yang bisa memobilisasi masyarakat untuk suatu gerakan. Setelah Pilkada DKI, ia mengatakan Rizieq telanjur dianggap sebagai motor mengutarkan politik identitas mayoritas.
Karena itu, dia mengatakan, pertemuan dua tokoh politik menimbulkan kontroversi dan menguatkan polarisasi di masyarakat. "Tetaplah jadikan politik elektoral sebagai ranah perdebatan gagasan, ide pembangunan. HRS juga sebagai warga negara, nantinya tetap memiliki hak menyalurkan aspirasinya," ujarnya melalui pesan elektronik kepada Republika, Selasa (5/6).
Sebelumnya, Ketua umum Gerindra, Prabowo Subianto, dan Ketua Dewan Pertimbangan PAN, Amien Rais, mengatakan bahwa pertemuan itu dilakukan untuk silaturahmi mengunjungi saudara Muslim yang tengah didzolimi dan terkucilkan.
Selain silaturahim, dalam pertemuan tersebut juga membicarakan secara umum berbagai persoalan bangsa saat ini. Lebih khusus, Rizieq meminta kepada Gerindra dan PAN untuk segera merealisasikan keinginan umat untuk segera deklarasi terbuka untuk pilpres 2019 dalam waktu dekat.
Rizieq juga meminta koalisi ini tidak hanya melibatkan Gerindra dan PAN, tetapi juga PKS dan PBB. Koalisi ini membuka pintu juga kepada partai lain terutama yang berbasis massa Islam.