REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan bahwa salah besar jika ada pihak yang menganggap bahwa salah satu bibit terorisme itu berasal dari solidaritas terhadap Palestina. Menurut HNW, kalau hanya solidaritas, solidaritas terhadap Palestina yang pertama kali dilakukan di Indonesia itu antara lain dilakukan oleh Presiden RI pertama, Sukarno.
"Saya pikir itu cara pandang yang salah. Solidaritas terhadap Palestina pastilah harus didudukkan pada proporsi yang sebenarnya," kata Hidayat dalam pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (5/6).
Hidayat mengingatkan bahwa Bung Karno adalah tokoh pertama yang mengajarkan solidaritas terhadap Palestina karena pada saat Konferensi Asia Afrika, Bung Karno menolak untuk mengundang Israel, sedangkan yang diundang justru Imam Besar Masjid al-Aqsha. "Bung Karno menegaskan, selama Israel menjajah bangsa Palestina maka Indonesia tidak akan membuka hubungan Israel," ujarnya.
Wakil Ketua MPR itu menyatakan, bab solidaritas terhadap Palestina tidak bisa dijadikan indikasi munculnya terorisme. Ia berpendapat bahwa harus dipahamkan ke keluarga bahwa solidaritas terhadap Palestina bukan bibit radikalisme, melainkan menjadi bagian ekspresi mencintai Indonesia.
"Karena Indonesia menentang segala bentuk penjajahan. Sikap kita melawan penjajahan Israel karena kita Indonesia," katanya menegaskan.
Sebelumnya, Liga Arab pada Ahad (3/6) mengutuk tindakan Israel baru-baru ini membunuh seorang petugas paramedis Palestina yang sedang menolong orang yang cedera di Jalur Gaza dan mencapnya sebagai babak baru terorisme Israel. Tentara Israel menembak petugas paramedis yang berusia 21 tahun, Razan an-Najjar, di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza pada Jumat (1/6), saat wanita itu sedang merawat pemrotes yang cedera di Jalur Gaza.
Ribuan orang Palestina memberi penghormatan terakhir kepada sukarelawan muda tersebut dalam pemakaman besar pada Sabtu. "Kejahatan Israel ini serta perbuatan lain adalah rangkaian baru babak terorisme Israel, yang tidak memberi perlindungan bagi tim medis dan petugas pertolongan, memburu dan membidik wartawan serta menghukum mati mereka dengan cara darah dingin," kata badan pan-Arab tersebut di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua.