REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah berfokus menarik investasi sebanyak mungkin dari negara-negara di Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Arab Saudi. Sebab, negara-negara ini memiliki uang yang banyak sehingga layak ditarik menjadi mitra dalam berinvestasi di dalam negeri.
Jokowi menjelaskan, dia sudah bertemu dengan Putra Mahkota Uni Emirat Arab Syekh Mohammed, Raja Salman dari Arab Saudi, dan Syekh Tamim dari Qatar. Dari pertemuan tersebut, para petinggi negara ini belum banyak berinvestasi di Indonesia karena Pemerintah Indonesia sejak lama tidak pernah bersilaturahim dengan negara tersebut.
Baca Juga: S&P Kukuhkan Peringkat Layak Investasi Indonesia
Bahkan, para menterinya pun disebut tidak pernah melakukan pertemuan guna mengundang investor. "Setelah itu saya perintahkan kepada menteri agar setiap tiga bulan harus muter ke negara-negara itu karena itu adalah negara-negara yang kaya, uangnya berlebihan," ujar Jokowi di hadapan ratusan alim ulama di Ponpes Asshiddiqiyah, Rabu (6/6).
Jokowi menilai bahwa masyarakat saat ini terlalu dibelok-belokkan dengan isu investasi dari Cina yang sangat besar. Padahal, masih banyak negara lain yang juga berinvestasi sama besarnya.
Dia yakin ke depan investasi dari negara Timur Tengah bisa lebih banyak karena mereka pun memiliki investor yang siap mengucurkan dana di Indonesia. "Katanya kita membuka investasi dari Cina, dari Korea, dari Jepang, enggak. Ini justru kita sekarang ini negara-negara di Timur Tengah banyak investasi di Indonesia," katanya menegaskan.
Menurut Jokowi, beberapa proyek yang mulai dikerjasamakan, di antaranya, kilang minyak di Cilacap yang dikerjasamakan dengan Arab Saudi. Kemudian, kerja sama dengan Oman untuk proyek di Bontang, lalu ada kerja sama untuk di Pelabuhan Kuala Tanjung. Kerja sama ini pun didorong agar lebih menguntungkan Pemerintah Indonesia.
Mantan gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan, investasi dari sesama negara Muslim ini pun bisa terus berkembang asalkan stabilitas politik dan stabilitas keamanan terjaga. Dengan program yang telah ditata pemerintahan saat ini, perekonomian Indonesia diyakini mampu menembus empat besar perekonomian terbaik di dunia pada 2045.
"Memang melalui rintangan-rintangan yang banyak hambatan-hambatan yang banyak ujian-ujian, cobaan-cobaan yang banyak. Tetapi kalau kita bersatu, stabilitas politik dan keamanan baik, insya Allah apa yang sudah itu betul-betul menjadi sebuah kenyataan Allah Subhanahu Wa Ta'ala," kata Jokowi.