REPUBLIKA.CO.ID, RIODEJANEIRO -- Legenda sepak bola Brasil, Pele, mengaku tidak tahu mengenai adanya dugaan penyuapan oleh pejabat negaranya untuk memastikan Rio de Janeiro terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2016. Pele, 77 tahun, mengungkapkannya dalam kesaksian pada sidang di Rio de Janeiro, Rabu (6/6) WIB.
Pele disebut sebagai saksi yang meringankan mantan Ketua Komite Olimpiade Brazil Carlos Nuzman. "Jika ada pembicaraan apa pun mengenai (suap) tersebut, saya tidak akan merahasiakannya," kata Pele.
Nuzman merupakan satu dari enam orang yang dituduh terlibat dalam pemberian suap senilai dua juta dolar AS kepada ofisial dari Afrika. Ini agar memberi suara kepada Rio de Janerio dalam pencalonan tuan rumah Olimpiade.
Pele merupakan salah satu anggota delegasi Brasil yang berangkat ke Kopenhagen pada Oktober 2009 untuk menghadiri pemungutan suara calon tuan rumah Olimpiade 2016. Ia mengatakan, kehadirannya adalah atas permintaan Nuzman dan juga gubernur Rio de Janeiro waktu itu, Sergio Cabral, untuk menyukseskan pencalonan Brasil.
"Saya tidak pernah punya hubungan dekat dengan mereka atau dengan keluarga mereka," kata Pele.
Pele mengatakan bahwa selama perjalanan itu ia bertemu dengan anggota Komite Olimpiade Internasional (KOI) Lamine Diack. Anaknya, Papa Mussata Diack, merupakan salah satu yang didakwa menerima suap. Namun, kata Pele, tidak ada pembicaraan soal pembayaran uang gelap tersebut.
"Saya ingat bahwa ia berasal dari Senegal dan ia sangat bersemangat soal Brasil, sepak bola, dan Pele," kata peraih tiga gelar juara Piala Dunia itu.
Mantan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva juga bersaksi dari penjara di Curitiba, dimana ia menjalani hukuman 12 tahun terkait kasus korupsi. Lula termasuk yang ikut ke Kopenhagen pada 2009 lalu.
"Saya tidak pernah mendengar apa pun soal negosiasi dan saya menyesalkan komplain ini diajukan delapan tahun kemudian," kata Lula, yang menjadi presiden Brasil pada 2003-2010, dalam keterangannya kepada pengadilan.