Rabu 06 Jun 2018 21:58 WIB

Deklarasi Damai Korea Dinilai Lemah Tanpa Cina

AS dan Korsel mengisyaratkan tak melibatkan Cina dalam deklarasi damai dua Korea.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump
Foto: EPA
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tabloid milik negara Cina, Global Times mengeluarkan sebuah editorial untuk pekan ini yang mengomentari hubungan antara Korea Utara (Korut), Korea Selatan (Korsel), dan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini. Dengan mengutip seorang pengamat, disebutkan bahwa efektivitas deklarasi yang mengakhiri perang Korea tanpa Beijing lemah. Hal itu mengingat kepentingan geopolitik Beijing atas kawasan itu.

Washington dan Seoul memberi sinyal berakhirnya perang secara resmi dalam agenda pertemuan yang akan datang. Pertemuan tersebut tidak melibatkan Cina. Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan dengan Kim Jong-un dapat mengakhiri perang Korea secara resmi

Global Times berpendapat bahwa keterlibatan Cina diperlukan untuk memastikan setiap kesepakatan untuk mengakhiri secara formal konflik tidak dapat dibatalkan.

"Perjanjian akhir perang tanpa partisipasi Cina tidak sah," kata editorial yang dikutip South China Morning Post, Rabu (6/6). "Jika Washington, Seoul, dan Pyongyang menandatangani deklarasi untuk mengakhiri perang, itu akan menjadi hal yang baik... tetapi deklarasi semacam itu tidak dapat secara hukum terkait dengan Perjanjian Gencatan Senjata Korea."

Akan tetapi, editorial tersebut menilai Cina akan tetap terlibat dalam deklarasi berakhirnya perang Korea. "Apakah Cina ditendang keluar dari deklarasi akhir perang?... (Cina) selalu menjadi pemain kunci," ujarnya.

Editorial bernada keras tersebut muncul sebelum pertemuan tinggi Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni.

Trump pekan lalu menambah kekhawatiran Beijing ketika dia mengatakan ada kemungkinan kesepakatan untuk secara resmi mengakhiri perang Korea dapat dicapai di KTT dengan Korut. Gencatan senjata 1953 ditandatangani oleh AS, Cina, dan Korut menangguhkan permusuhan di semenanjung Korea. Oleh karena itu, dua Korea secara teknis masih berperang hingga kini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement