Kamis 07 Jun 2018 02:43 WIB

Migran Ethiopia Kembali Tenggelam Saat Menyeberang ke Yaman

Lebih dari 7.000 migran miskin memilih perjalanan berbahaya tersebut tiap bulan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Indira Rezkisari
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Enam orang Ethiopia tenggelam awal Rabu (6/6) dan 16 orang hilang setelah kapal penyelundup yang membawa sedikitnya 100 migran terbalik ketika mendekati Yaman. Kapal berisi pencari kerja di Yaman dan Teluk Arab.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), mengutip informasi dari para korban, kapal tersebut meninggalkan pelabuhan Bossasso di Somalia pada hari Selasa (5/6), dengan 83 pria dan 17 wanita di dalamnya. Mereka berharap untuk mencari pekerjaan di Yaman dan Teluk Arab. Direktur operasi dan keadaan darurat IOM, Mohammad Abdiker, mengatakan tragedi migrasi Teluk Aden ini memalukan.

"Lebih dari 7.000 migran miskin memilih perjalanan berbahaya ini setiap bulan. Lebih dari 100 ribu mengambilnya tahun lalu. Mereka diperlakukan secara tidak patut dan melewati kondisi yang mengerikan. Ini harus berakhir," kata Abdiker, dikutip Reuters, Kamis (7/6).

Tenggelamnya kapal terjadi hanya beberapa hari setelah IOM membantu 101 warga Ethiopia, termasuk 51 wanita dan 33 anak-anak, meninggalkan Yaman menuju Djibouti, ketika pertempuran ditutup di sekitar pelabuhan utama Yaman di Hodeidah. Mereka terdampar di Yaman dan di antara yang paling rentan dari sekitar 300 migran yang terjebak dalam tahanan.

"Baik ketika bepergian ke dan di Yaman, para migran secara rutin disalahgunakan oleh penyelundup dan penjahat lainnya. Termasuk pelecehan fisik dan seksual, penyiksaan untuk tebusan, penahanan sewenang-wenang untuk jangka waktu yang lama, kerja paksa dan bahkan kematian," kata dia.

Dalam modus penyelundupan ini, migran kerap terperangkap dalam perang dan terluka atau terbunuh. Migran juga kerap dibawa ke pusat penahanan, resmi atau tidak resmi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement