REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMALA CITY -- Korban meletusnya Gunung Fuego di Guatemala terus bertambah. Hasil pencatatan terakhir korban tewas bertambah 10 orang sehingga totalnya menjadi 75 orang. Sebanyak 192 orang lainnya masih belum ditemukan.
Sebagai dampak dari letusan ini, sejumlah pedesaan di lereng gunung tertutup abu vulkanik dan lumpur. Pada Selasa (5/6) gunung tersebut juga megeluarkan gas panas yang muncul di bagian selatan gunung dan menganggu kegiatan penyelamatan.
Lebih dari 1,7 juta orang terdampak oleh letusan gunung yang terjadi pada Ahad (3/6). Sekitar 3.000 orang harus dievakuasi karena berada di lokasi yang berbahaya letusan gunung.
Meskipun demikian menurut Kepala Institut Nasional Seismologi Guatemala, Eddy Sanchez, kekuatan letusan Gunung Fuego telah berkurang. Ia memperkirakan tidak akan ada letusan susulan lagi dalam waktu dekat. "Tidak akan ada erupsi mendadak selama beberapa hari mendatang," kata dia dikutip dari laman BBC.
Walaupun erupsi susulan diprediksi tidak akan terjadi, ahli vulkanologi Janine Krippner mengatakan masyarakat tidak boleh meremehkan resiko dari lahar yang mengalir usai letusan tersebut. Menurut dia, Gunung Fuego sangat aktif dan masih menyimpan material vulkanik.
"Saat ini curah hujan tinggi. Ketika hujan mengguyur gunung tersebut, air akan mendorong material vulkanik mengalir dan membawa banyak lahar dingin serta bebatuan," kata Krippner.
Letusan Gunung Fuego kali ini disebut sebagai erupsi paling besar selama lebih dari 100 tahun di Guatemala. Selain itu, erupsi ini terjadi sangat tiba-tiba sehingga masyarakat yang sudah dilatih bagaimana mengevakuasi diri ketika gunung meletus tidak sempat melakukan hal yang telah mereka pelajari.
Baca juga: Panik Letusan Susulan, Warga Padati Jalanan di Guatemala