REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pada 7 Juni 1981, pasukan Israel mengebom sebuah reaktor nuklir Osirak di ibu kota Baghdad, Irak. Israel percaya reaktor nuklir yang dibangun Prancis tersebut dirancang untuk membuat senjata nuklir yang akan digunakan untuk menghancurkan Israel.
Sejumlah pesawat tempur F-15 pesawat pembom F-16 dikerahkan untuk menghancurjan reaktor itu atas perintah Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Komando Angkatan Darat mengatakan semua pesawat Israel kembali dengan selamat.
Dilansir di BBC, reaktor uranium bertenaga 70-megawatt tersebut pembangunannya hampir rampung. Menurut sebuah sumber dari industri atom Prancis, reaktor Osirak belum diisi dengan bahan bakar nuklir sehingga tidak ada bahaya kebocoran pascaserangan.
Pemerintah Israel kemudian menjelaskan alasannya menyerang reaktor itu dalam sebuah pernyataan. Israel mengaku serangan dilakukan secepatnya karena pembangunan reaktor itu akan segera selesai pada awal September 1981.
"Bom atom yang mampu dihasilkan reaktor itu, apakah dari uranium yang diperkaya atau dari plutonium, akan berkekuatan sama seperti bom yang jatuh di Hiroshima. Jadi bahaya mematikan bagi Israel telah muncul," ujar pernyataan tersebut.
Israel sebelumnya telah mengkritik Prancis dan Italia karena memasok Irak dengan bahan-bahan nuklir. Negara itu mengatakan, mereka akan mempertahankan wilayah mereka dengan segala cara. "Kami kembali meminta mereka untuk berhenti dari tindakan mengerikan yang tidak manusiawi ini. Dalam situasi apa pun kami tidak akan membiarkan musuh mengembangkan senjata pemusnah massal terhadap orang-orang kami," kata pernyataan itu.
Pernyataan tersebut menambahkan, serangan terhadap reaktor nuklir Irak sengaja dilakukan pada Ahad, untuk mencegah jatuhnya korban dari para pekerja asal Prancis. Di hari itu para pekerja dijadwalkan libur.
Reaktor Osirak adalah bagian dari kompleks pabrik nuklir yang di dalamnya terdapat dua reaktor lainnya yang lebih kecil. Satu reaktor dibangun di Prancis, dan satunya lagi buatan Uni Soviet sudah digunakan. Irak menyangkal reaktor-reaktor itu digunakan untuk memproduksi senjata nuklir.
Berita tentang serangan Israel itu tidak muncul hingga 24 jam kemudian, ketika Israel mengeluarkan pernyataan resmi. Setelah mengetahuinya, Irak segera mengecam serangan tersebut.
Salah satu pilot Israel yang terlibat dalam serangan adalah Ilan Ramon yang dilatih sebagai astronot pertama Israel. Ia diketahui tewas dalam bencana pesawat ulang-alik Columbia pada 2003.
Dua pekan setelah serangan terhadap Osirak, Israel mengaku memiliki kemampuan mengembangkan senjata nuklirnya sendiri. Pada 1986, Mordechai Vanunu, seorang mantan teknisi nuklir, dinyatakan bersalah karena telah melakukan spionase setelah dia mengatakan kepada surat kabar Inggris, Sunday Times, bahwa Israel diam-diam membuat bom atom.
Perdana Menteri Prancis Jacques Chirac telah membina hubungan khusus dengan Irak selama era 1970-an untuk mempertahankan pengaruh Prancis. Ia juga berupaya untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan negara kaya minyak itu.
Lalu, 22 tahun kemudian, setelah menjabat sebagai presiden Prancis, Chirac dengan keras menentang Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang akan berperang dengan Irak terkait masalah senjata pemusnah massal.