REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah masjid di DKI Jakarta diduga menyebarkan paham radikal. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengaku telah sejak lama mendapatkan informasi tersebut. "Berdasarkan penelitian 2012 juga sudah ada itu," kata Suhardi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/6).
Oleh karena itu, Suhardi mengatakan, BNPT meminta Kementerian Agama (Kemenag) untuk memberi atensi terhadap masjid-masjid yang disebut menyebarkan paham radikalisme. Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno membenarkan dugaan bahwa ada puluhan masjid di Jakarta yang disebut telah menyebarkan paham radikal. Sandiaga bahkan mengaku telah mengantongi daftar masjid yang diduga menjadi tempat penyebaran paham radikalisme.
Sandi mengungkapkan daftar itu ada di Biro Pendidikan, Mental, dan Spiritual (Dikmental) dan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (BAZIS) DKI. "Tiga puluh (masjid) itu kami juga sudah punya datanya di teman-teman Biro Dikmental dan BAZIS, akan kita arahkan ke kegiatan kita lebih banyak ke sana," kata Sandiaga di Kepulauan Seribu, Selasa (5/6).
Baca: Masjid Sebar Radikalisme, Anies: Yang Ngomong Suruh Nunjukin
Sandiaga berpendapat, salah satu penyebab suburnya paham radikal adalah ketidakadilan. Hal itu ditanamkan kepada generasi muda sehingga menjadi kepercayaan (beliefs) dan berkembang menjadi paham. Mereka pun memutuskan mengambil jalan pintas. Sandiaga tak menjelaskan jalan pintas yang dimaksud.
Berdasarkan asumsi tersebut, ia memutuskan untuk turun ke masjid-masjid. Ia berpendapat, pemahaman radikal bisa ditepis dengan membangkitkan ekonomi di masjid. Selain itu, perlu dilakukan pendidikan dan pemberian kesempatan kerja. "Tidak ada cara lain selain pendidikan. Kedua, berikan kesempatan mereka menjadi pengusaha dan orang yang sukses dengan program OK OCE," kata dia.