Kamis 07 Jun 2018 14:00 WIB

40 Ekspatriat di Dubai Bersyahadat

Para ekspatriat telah melihat adanya perubahan ketika berinteraksi dengan Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Dubai
Foto: AP
Dubai

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Ramadhan tahun ini menjadi titik perubahan dalam kehidupan sekitar 40 non-Muslim di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Para ekspatriat (pekerja asing) tersebut memutuskan untuk memeluk Islam dan menyatakan Syahadat mereka pada acara Iftar (berbuka puasa) baru-baru ini, yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi Islam (IIC) Dubai.

Lebih dari 300 orang, dengan lebih dari 100 non-Muslim di antaranya, menghadiri acara yang berupaya menjembatani kesenjangan antara Muslim dan non-Muslim di negara itu. Acara tersebut mengundang para mualaf dan mereka yang baru memeluk Islam untuk berbicara tentang pengalaman pertama mereka berpuasa.

Acara tersebut juga menampilkan sejumlah orang yang memutuskan menjadi mualaf. Beberapa di antaranya sekarang menjadi ulama dan penceramah. Mereka naik ke panggung untuk berbicara tentang berbagai aspek Islam dan puasa yang menarik mereka hijrah ke Islam.

Sementara itu, mualaf asal Filipina sekaligus penceramah bernama Yahya John berbicara bagaimana puasa telah ditentukan dalam berbagai kitab suci lainnya. Cendekiawan asal Inggris, Tim Humble, berbicara tentang esensi sebenarnya dari puasa dan dasar umum dari Islam dan Kristen.

Cendekiawan lainnya juga berbicara tentang berbagai manfaat kesehatan dari puasa. Pengamat media sosial Emirat, Khalid Al Ameri, menjadi tuan rumah pada acara yang diadakan di auditorium Dar Al Ber Society di jalan Sheikh Zayed tersebut.

Direktur IIC, Rashid Al-Junaibi, mengatakan bahwa acara ini diterima dengan baik oleh komunitas non-Muslim di UEA. Selain itu, ia mengatakan bahwa acara ini berfungsi sebagai platform untuk berinteraksi dan menghapus kesalahpahaman tentang Islam.

"Mereka juga memiliki pengalaman langsung dalam mengetahui lebih banyak tentang Islam. Melihat tanggapannya, kami memutuskan untuk melakukannya setiap tahun selama Ramadhan," kata AL Junaibi, dilansir di Khaleej Times, Kamis (7/6).

Bagi banyak orang yang hijrah, memiliki pengalaman langsung tentang Islam mengubah persepsi mereka tentang agama. Abdullah Shetty, yang memeluk Islam beberapa tahun lalu dan sekarang bekerja dengan IIC Dubai, mengatakan bahwa pertemuan semacam ini membawa orang-orang dari berbagai kebangsaan, latar belakang dan agama pada satu platform. Karena di sana, mereka dapat berinteraksi dan bertukar ide.

"Mereka dapat mengalami keramahtamahan Islam, mereka juga mendapatkan pengalaman seperti apa puasa dan di sini adalah kesempatan untuk mereka datang dan menemukan pengetahuan dari pembicara yang berpengetahuan luas, alasan untuk berpuasa," kata Shetty.

Selain prasmanan hidangan Iftar yang mewah, acara tersebut juga menyediakan pemeriksaan kesehatan gratis bagi peserta. Tidak hanya itu, adapula photobooth di mana peserta dapat berdandan dalam pakaian tradisional Emirat dan mengambil foto. Adapula undian-undian dan pengalaman Virtual Reality dari Makkah dan Madinah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement