REPUBLIKA.CO.ID, PETALING JAYA -- Pemimpin de facto Parti Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim pada Rabu (6/6) membantah spekulasi bahwa dia akan mengambil alih kursi parlemen Pandan, yang dipegang oleh istrinya Wan Azizah Wan Ismail, yang juga Wakil Perdana Menteri Malaysia. Anwar, yang juga pemimpin de facto koalisi Pakatan Harapan, mengatakan pada saat ini, tidak praktis baginya untuk melakukan hal tersebut.
Karena, lanjutnya, Wan Azizah sebagai pemegang posisi tertinggi kedua di pemerintahan, harus turun lebih awal dalam rangka memberi jalan untuknya jika melakukan hal itu. Selain itu, setelah dibebaskan dari penjara baru-baru ini, Anwar lebih nyaman berada di 'kursi belakang'.
"Saya bebas. Saya ingin pergi terlebih dahulu, saya memiliki komitmen, mengajar dan mengajar, banyak di beberapa universitas, baik di dalam maupun di luar negeri," kata Anwar seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (6/6).
"Bahkan, saya belum memiliki pengalaman menjadi anggota parlemen reguler. Sebelum ini, saya telah menduduki beberapa jabatan menteri dan menjadi pemimpin oposisi, jadi sekarang saya ingin menjadi 'buronan'," katanya kepada wartawan setelah mengadakan pengarahan untuk anggota PKR terpilih dari perwakilan di Petaling Jaya.
Pada acara tersebut, 48 dari 50 anggota parlemen PKR dan 51 dari 67 anggota majelis negara PKR hadir. Ini adalah pertemuan resmi pertama Anwar dengan semua wakil yang dipilih PKR setelah dibebaskan dari penjara karena mendapat pengampunan penuh dari raja Malaysia, Sultan Muhammad V.
Spekulasi media sosial mengklaim bahwa Wan Azizah akan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen Pandan untuk memungkinkan pemilihan dan memungkinkan Anwar untuk mengikutinya. Berkomentar lebih lanjut, Anwar juga menegaskan bahwa ia tidak akan ikut serta sebagai anggota parlemen selama periode sebelum dimulainya sidang pertama parlemen pada 16 Juli mendatang.
"Saya punya program di London dan Turki dan setelah itu saya akan kembali, pergi ke negara bagian yang belum saya kunjungi," lanjutnya.
"Setelah menyelesaikan program di negara-negara Arab dan Amerika Serikat, kami akan berdiskusi lagi, yang akan memakan waktu lebih dari dua bulan, keputusan untuk kontes di kursi mana," katanya.