REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura telah membuktikan keamanan negaranya. Hal ini dilakukan saat menahan seorang peniru pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Bandara Changi, jelang pertemuan resmi antara Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un, Selasa (12/6) mendatang.
Howard X, penghibur asal Hong Kong, mengatakan, dia ditahan oleh otoritas imigrasi selama dua jam. Kemudian, ia dibebaskan dan diperintahkan untuk menghindari tempat-tempat pertemuan.
"Mereka bertanya kepada saya tentang apa pandangan politik saya dan apakah saya telah terlibat dalam protes atau kerusuhan di negara lain. Saya merasa mereka mencoba mengintimidasi saya, tetapi jika saya dideportasi itu akan menjadi berita besar," ujar Howard X dilansir di Bloomberg, Jumat (8/6).
Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan Singapura belum merespons terkait hal ini. Negara pusat keuangan Asia Tenggara ini telah bersiap untuk kedatangan Trump dan Kim, dan ribuan wartawan pada pekan depan.
Singapura telah mengumumkan pembatasan penerbangan dan pos pemeriksaan polisi di sekitar tempat-tempat pertemuan utama. Para pengusaha juga telah berebut membuka peluang bisnis atas acara yang menjadi sorotan media internasional ini. Mereka juga menjajakan burger Trump-Kim dan koktail bertema KTT.
Artis bernama panggung Howard X ini lahir di Hong Kong dan dibesarkan di Melbourne. Ia menarik perhatian media yang luas selama kunjungan sebelumnya ke Singapura. Dia dijadwalkan untuk membuat beberapa penampilan akhir pekan ini dengan peniru Trump, Dennis Alan.
Dia mengatakan, duo ini telah ditawari sponsor oleh perusahaan lokal untuk menghadiri acara-acara publisitas. Tujuan aslinya adalah untuk datang dan menikmati momen bersejarah dan mendalami karakter.
"Saya berharap prioritas pertama dari pertemuan sebenarnya adalah agar Kim berhenti menembakkan rudal dan mendestabilisasi wilayah tersebut," katanya.
Howard X telah membagi waktunya antara pekerjaannya sebagai produser musik dan tindakan peniruannya sejak tahun 2012. Pada Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korea Selatan awal tahun ini, polisi menyeretnya keluar dari arena setelah dia menari di depan skuat bersorak Korea Utara.