Menjadikan Masjid Ramah Anak

Red: Fernan Rahadi

Sabtu 09 Jun 2018 05:05 WIB

Tsulistianta Subhan Aziz Foto: dokpri Tsulistianta Subhan Aziz

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Tsulistianta Subhan Aziz, SPd (Kepala SMK Muhammadiyah Wonosari)

Dunia anak adalah dunia bermain, sehingga kegembiraan mereka adalah saat bermain dimanapun mereka berada termasuk saat mereka berada di masjid. Saat berada di masjid itulah mereka seringkali dianggap pembuat gaduh dan mengganggu kekhusyukan bagi jamaah yang sedang menjalankan ibadah sholat. 

Bahkan, kejadian di suatu masjid sempat viral di medsos dimana pengurus masjid atau jamaah masjidnya secara terang-terangan melarang anak untuk ikut sholat berjamaah di masjid. Hal tersebut tanpa disadari telah menempatkan masjid sebagai tempat yang tidak nyaman lagi bagi anak-anak dengan alasan takut akan selalu dimarahi dan mendapat celaan dari jamaah yang merasa terganggu. 

Akhirnya, mereka akan semakin asyik tergiring dengan zaman now-nya yaitu bermain HP, tontonan TV, konser musik, game online, bermain dengan teman maya-nya di sosmed dan akan semakin menjauhkan mereka dari pergaulan sosial yang nyata. 

Teladan dari perilaku Rasulullah SAW dalam menjadikan masjid ramah anak (children friendly) dapat kita lihat dalam hadis Nasa’i dan Hakim, yaitu pada saat Rasulullah SAW  mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya. Nabi waktu itu sujudnya sangat lama dan tidak biasanya ternyata cucu nabi menunggangi belakang nabi yang sedang bersujud, Rasulullah SAW memberikan teladan tidak mau buru-buru sampai cucunya menyelesaikan mainnya dengan sendiri.

Di hadis yang lain, Rasulullah SAW berkata, "Kalau sedang shalat, terkadang saya ingin shalatnya agak panjang, tapi kalau sudah mendengarkan tangis anak kecil yang dibawa ibunya ke masjid maka saya pun mempersingkat shalat saya, karena saya tahu betapa ibunya tidak enak hati dengan tangisan anaknya itu." (HR: Bukhari dan Muslim).

Untuk menjadikan masjid ramah anak (children friendly) agar mereka tertib dan tidak ramai di masjid perlu terus kita upayakan. Pertama, kita sediakan arena bermain untuk anak, dapat berupa akses bermain seperti kolam bola, perosotan atau lainnya. 

Kedua, pembinaan oleh orang tua, saat di rumah orang tua menanamkan nilai tentang adab-adab di masjid yang di antaranya tenang, tidak membuat gaduh, berlari-lari atau mengganggu orang shalat. Jika anak kita termasuk yang terlalu aktif dan sulit sekali dikondisikan saat di masjid maka juga tidak ada salahnya orang tua memberikan pendampingan khusus, begitu berulah langsung dikondisikan. 

Ketiga, pengurus masjid agar tidak bosan memberikan imbauan kepada jamaah masjidnya sehingga nasihat yang berulang-ulang diharapkan dapat dimengerti, dipahami, dan diterapkan. Keempat, manajemen shaf. Anak-anak diberikan shaf di antara orang dewasa agar dapat mengawasi dan mendisiplinkan mereka.

Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel (Turki) mengatakan: “Jika suatu masa kamu tidak mendengar gelak tawa anak-anak, riang gembira di antara shaf shalat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan datangnya kejatuhan generasi muda di masa itu."

Oleh karena itu, penting sekali membuat anak betah di masjid. Agar mereka menjadi generasi muda yang hatinya terpaut dengan masjid. Jika hati mereka sudah terpaut dengan masjid, kita tidak susah melarang anak-anak ke warnet, mal, tempat hiburan, atau konser musik yang tidak penting. 

Pada akhirnya kenakalan remaja dan perilaku menyimpang lain dapat diminimalisir. Mari buat masjid kita menjadi tempat yang ramah anak (children-frendly), aman, bersih dan menyenangkan bagi anak-anak.

Terpopuler