REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Aksi demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel kembali memakan korban jiwa. Tentara Israel menembak mati empat warga Palestina dan melukai ratusan lainnya.
Petugas medis Gaza mengatakan warga Palestina yang tewas adalah tiga pria dewasa dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. Dari 620 orang yang terluka, 120 berasal dari tembakan langsung.
Di antara korban luka adalah seorang fotografer Agence France-Presse dan seorang pria berusia 23 tahun setelah tabung gas air mata menembus wajahnya. Militer Israel mengatakan mereka telah mengusir sekitar 10 ribu orang Palestina yang berkumpul di lima titik perbatasan.
Aksi demonstrasi yang berlangsung Jumat (8/6) mulai mereda menjelang maghrib saat demonstran bersiap untuk berbuka puasa. Dengan bertambahnya korban tewas ini maka total warga Palestina yang tewas di perbatasan Gaza menjadi 124 orang sejak protes dimulai pada 30 Maret lalu. Termasuk 60 orang tewas dalam satu hari pada bulan lalu.
Aksi Israel dalam menghadapi demonstran telah mengundang kecaman internasional. Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa Palestina mengutuk pembunuhan Jumat (8/6). Ia mengatakan perwakilan dari Kelompok Arab dan Organisasi Kerjasama Islam telah meminta presiden Majelis Umum PBB untuk melanjutkan kembali sesi darurat untuk membahas resolusi yang ditujukan melindungi warga sipil Palestina.
Pertemuan Majelis Umum dijadwalkan berlangsung pukul tiga sore pada Rabu pekan depan. Duta Besar Riyad Mansour mengatakan resousi yang diusulkan akan mirip dengan resolusi yang disusun Kuwait pekan lalu. Resolusi ini menerima dukungan yang cukup untuk memberikan suara di Dewan Keamanan tetapi diveto oleh Amerika Serikat.
Mansour mengatakan veto AS memicu kekerasan dalam demonstrasi di perbatasan Gaza. Ia mendesak PBB untuk memberikan perlindungan internasional kepada warga sipil Palestina.
Palestina mengatakan aksi protes merupakan bentuk curahan kemarahan warga Palestina terhadap Israel. Mereka menuntut hak untuk kembali ke rumah keluarga mereka setelah melarikan diri atau diusir oleh Israel pada 70 tahun yang lalu.
Demontrasi akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang. Demonstran menyebut demonstrasi Jumat ini sebagai "Friday of Jerusalem". Ini untuk memperingati perang 1967 di mana Israel merebut Yerusalem Timur, dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
"Tidak ada negara yang disebut Israel yang dapat memiliki ibukota yang disebut Yerusalem," kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum di Gaza. Dia mengatakan demonstrasi akan berlanjut sampai Palestina mencapai tuntutan mereka untuk kembali ke tanah leluhur.
Israel mengatakan demonstrasi
diorganisir olehHamas yang mengontrol Jalur Gaza dan menyangkal hak Israel untuk ada. Menurut Israel Hamas dengan sengaja memprovokasi kekerasan. Tuduhan ini dibantah oleh Hamas.
Israel mengatakan pihaknya mempertahankan perbatasan terhadap massa yang melemparkan batu dan membakar ban. Sekitar dua juta orang tinggal di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah para pengungsi dari negara yang sekarang adalah Israel.
Wilayah itu telah dikendalikan oleh Hamas selama lebih dari satu dekade, di mana ia telah berperang tiga kali melawan Israel. Israel dan Mesir mempertahankan blokade di jalur itu, dengan alasan keamanan, yang telah menyebabkan krisis ekonomi dan runtuhnya standar hidup di sana selama satu dekade terakhir.
Pada Kamis Israel menjatuhkan selebaran di Gaza yang mendesak warga Palestina untuk tidak mengambil bagian dalam protes atau mencoba melanggar pagar perbatasan pada Jumat.
Tentara Israel mengatakan di satu lokasi pada Jumat, setidaknya dua warga Palestina menembakkan senjata ke pos militer dan yang lainnya melemparkan granat atau menggunakan balon helium dan layang-layang untuk menerbangkan bahan yang mudah terbakar atau alat peledak di perbatasan.
Tidak ada korban dari Israel pada aksi demonstrasi yang telah berlangsung lebih dari dua bulan ini. Tetapi lahan pertanian di sisi Israel telah rusak oleh api dari layang-layang dan balon.
"Kami tidak meminta bulan," kata seorang mahasiswa administrasi bisnisAmer Abu Khalaf (20). Ia ikut berpartisipasi dalam protes Jumat. Dia mengatakan aksi demonstrasi bertujuan untuk menghentikam pengepungan dan membuat dunia mengakui hak warga Palestina untuk kembali.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel,Emmanuel Nahshon menggambarkanpengunjuk rasa Gaza sebagai orang bodoh yang dipenuhi kebencian. Ia juga menyebut "Hamas Jugend", yang berarti "Pemuda Hitler" dalam bahasa Jerman. Pernyataan ini disampaikan Nahshon di akun twitternya.
Israel telah lama menolak untuk menerima pengungsi Palestina. Proses perundingan damai Palestina-Israel juga telah dihentikan sejak 2014.