Sabtu 09 Jun 2018 13:27 WIB

Washington Post: FBI Selidiki Peretasan Data AL oleh Cina

Data yang dicuri, termasuk rencana proyek rudal supersonik.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Federal Bureau of Investigation/Biro Investigasi Federa (FBI) di AS.
Federal Bureau of Investigation/Biro Investigasi Federa (FBI) di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Cina ketahuan meretas kontraktor Angkatan Laut AS dan mencuri data keamanan yang sangat sensitif. Kasus ini sedang diselidiki oleh FBI, menurut laporan Washington Post.

Data yang dicuri, termasuk rencana proyek rudal supersonik. Menurut CBS News, serangan-serangan itu dilakukan pada Januari dan Februari tahun ini. Peretas menargetkan kontraktor yang terkait dengan organisasi militer AS yang melakukan penelitian dan pengembangan kapal selam dan persenjataan bawah air.

Dalam perkembangan terpisah, mantan perwira intelijen AS dihukum atas tuduhan memberikan dokumen rahasia kepada agen Cina. Kevin Mallory (61 tahun) dinyatakan bersalah di bawah Undang-Undang Spionase federal pada Jumat (8/6).

Dia akan diadili pada 21 September dan menghadapi hukuman maksimal seumur hidup di penjara, kata departemen kehakiman AS dalam sebuah pernyataan, dilansir di BBC, Sabtu (9/6). Dalam kasus kontraktor Angkatan Laut AS, para pejabat AS mengatakan perusahaan telah bekerja untuk Naval Undersea Warfare Center, sebuah organisasi militer yang berbasis di Newport, Rhode Island.

Mereka menambahkan di antara materi yang diakses adalah data yang berkaitan dengan proyek yang dikenal sebagai Sea Dragon, serta informasi yang disimpan dalam perpustakaan perang elektronik kapal selam angkatan laut. Rencana tersebut termasuk sistem rudal anti-kapal yang akan dipasang pada kapal selam AS pada tahun 2020. Sementara data disimpan di jaringan yang tidak diklasifikasikan milik kontraktor, itu dianggap sangat sensitif karena sifat teknologi yang sedang dikembangkan dan kaitannya dengan proyek militer.

Seorang komandan Angkatan Laut AS, Bill Speaks, mengatakan langkah-langkah yang ada mengharuskan perusahaan memberi tahu pemerintah ketika insiden di dunia maya ini terjadi pada jaringan yang berisi informasi yang tidak terkontrol. "Tidak pantas untuk membahas rincian lebih lanjut pada saat ini," tambahnya.

Penyelidikan dipimpin Angkatan Laut dengan bantuan FBI. Pada Jumat, CBS News melaporkan dengan mengutip kantor inspektur Jenderal Pentagon, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis memerintahkan peninjauan atas kemungkinan masalah keamanan dunia maya yang berkaitan dengan kontraktor. Berita itu muncul beberapa hari sebelum KTT di Singapura di mana Presiden AS Donald Trump akan bertemu pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement