REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Wildlife Fund (WWF) memperingatkan bahwa Mediterania dapat menjadi lautan plastik. Organisasi konservasi ini menyerukan langkah-langkah untuk membersihkan salah satu kawasan air yang terkena dampak terburuk di dunia itu.
Dalam laporan yang diterbitkan pada hari Jumat (8/6), bertepatan dengan Hari Lautan Sedunia, WWF mengatakan Mediterania memiliki catatan tingkat mikro-plastik - potongan-potongan kecil plastik kurang dari lima milimeter dalam ukuran yang dapat ditemukan semakin dalam pada rantai makanan dan menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia.
"Konsentrasi mikro plastik hampir empat kali lebih tinggi di Mediterania dibandingkan dengan laut terbuka di tempat lain di dunia," kata studi WWF berjudul Keluar dari Perangkap Plastik: Selamatkan Mediterania dari Polusi Plastik.
Plastik mewakili 95 persen dari sampah yang mengambang di Mediterania dan di pantai-pantainya, dengan sebagian besar berasal dari Turki dan Spanyol, diikuti oleh Italia, Mesir dan Prancis, kata laporan itu dikutip di Aljazirah, Sabtu (9/6).
John Tanzer, pemimpin program samudera internasional WWF, mengatakan bahwa efek polusi plastik di Mediterania juga dirasakan di seluruh dunia dan menyebabkan kerusakan serius baik terhadap alam maupun kesehatan manusia.
"Untuk mengatasi masalah ini, harus ada kesepakatan internasional untuk mengurangi pembuangan sampah plastik dan membantu membersihkan kekacauan di laut," kata John.
Semua negara di sekitar Mediterania harus meningkatkan daur ulang, melarang plastik sekali pakai dan menghilangkan penggunaan plastik mikro dalam deterjen atau kosmetik. Plastik adalah salah satu ancaman lingkungan terbesar yang dihadapi planet ini, menurut PBB. Dari beberapa perkiraan, sebanyak lima triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia setiap tahun.
"Dunia kita dibanjiri oleh limbah plastik berbahaya. Plastik mikro di laut kini lebih banyak daripada bintang-bintang di galaksi kita, dari pulau-pulau terpencil hingga Arktik, tidak ada yang tak tersentuh." kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pidato pada hari Selasa (5/6).
"Jika tren saat ini terus berlanjut, pada tahun 2050 lautan kita akan memiliki lebih banyak plastik daripada ikan," tambahnya.
Secara global, delapan juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahun, membunuh kehidupan laut dan memasuki rantai makanan manusia, menurut Program Lingkungan PBB. Akhir bulan lalu, Komisi Eropa menyerukan larangan produk plastik sekali pakai, termasuk alat pemotong dan sedotan, dalam upaya untuk memerangi polusi laut dan pantai.
Mereka juga mengajukan termasuk kewajiban bagi produsen untuk membantu menutupi biaya pembersihan dan pengelolaan limbah untuk barang-barang seperti puntung rokok, tisu basah dan kantong plastik ringan.