REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Presiden AS Donald Trump mengatakan ia bisa menilai keseriusan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un terkait negoisasi kesepakatan nuklir, di menit pertama pertemuan. Menurut Trump, intuisinya bisa mengukur sikap dari pemimpin rezim otoriter tersebut.
"Di menit pertama, saya akan tahu. Sentuhan saya, perasaan saya- itulah yang saya rasakan," kata Trump dalam konferensi pers di Quebec, Sabtu (9/6), saat tengah bersiap untuk meninggalkan KTT G7 untuk pergi ke Singapura dan menghadiri KTT AS-Korut.
"Anda akan tahu dari cara mereka berbicara. Anda akan tahu apakah Anda akan menyukai seseorang dalam lima detik pertama bertemu. Yah, saya pikir saya akan tahu apakah sesuatu yang baik akan terjadi. Saya pikir saya juga akan tahu apakah hal itu akan terjadi dengan cepat," kata Trump, seperti dilaporkan laman The Washington Post.
Pernyataan Trump itu disampaikan dua hari setelah dia mengatakan dia tidak perlu melakukan banyak persiapan menjelang KTT bersejarah dengan Kim. Menurutnya, hubungan interpersonal antara kedua pemimpin akan menjadi faktor yang lebih penting.
Sejumlah analis kebijakan luar negeri mengatakan Kim kemungkinan akan berusaha untuk membuat Trump menyetujui sebagian besar langkah-langkah simbolis yang diajukannya. Hal itu termasuk kesepakatan damai untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea, sambil menunggu waktu untuk menyatakan komitmen signifikan terhadap denuklirisasi.
Seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, Trump telah berusaha untuk meredam ekspektasinya, setelah sebelumnya ia mengatakan akan menuntut Kim untuk segera menyerahkan persenjataan nuklirnya. Saat ini Trump justru mengakui, KTT dengan Korut mungkin tidak akan mencapai terobosan besar dan paling tidak ia hanya ingin memulai dialog dengan Kim.
"Saya ingin mencapai lebih dari itu. Tetapi jika tidak, setidaknya kami akan bertemu satu sama lain, kami akan saling melihat satu sama lain; semoga, kami akan saling menyukai. Kami akan memulai proses itu. Tapi saya pikir ini akan membutuhkan banyak waktu," ungkap Trump.
Setelah melakukan penerbangan panjang dengan Air Force One, Trump dijadwalkan tiba di Singapura pada Ahad (10/6) malam. Negara dengan 5,5 juta penduduk itu masih terus menyelesaikan persiapan keamanan untuk pertemuan bersejarah Trump dan Kim.
Di luar hotel mewah St. Regis, para pekerja konstruksi terlihat sibuk mengangkat tonggak beton di sekeliling kompleks hotel bintang lima itu. Delegasi Korut diperkirakan akan menginap di hotel itu. Beberapa warga setempat juga terlihat berhenti untuk mengambil foto.
Satu setengah mil dari Hotel St. Regis, tepatnya di Hotel Shangri-La yang akan menjadi tempat menginap delegasi AS, agen dinas rahasia AS terlihat berkumpul di lobi hotel. Sejumlah petugas bersenjata turut berjaga-jaga di sekitaran hotel.
Singapura terpilih sebagai tuan rumah karena memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan pertemuan internasional, termasuk pertemuan puncak antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou pada 2015. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan pertama antara pemimpin Cina dan Taiwan dalam hampir tujuh dekade.
Pertemuan puncak AS dan Korut akan berlangsung pada pukul 09.00 pagi waktu setempat pada Selasa (12/6), di Capella Hotel di pulau resor Sentosa, lepas pantai selatan Singapura. Penyelenggara telah mengundang lebih dari 2.000 wartawan, yang sebagian besar akan ditempatkan di pusat media di gedung balapan Formula One Singapura.
Masih belum jelas apakah kedua pihak akan berusaha untuk mencapai komitmen pada langkah-langkah yang nyata. Keduanya bisa saja hanya meningkatkan keyakinan atau mencoba untuk menemukan konsensus tentang prinsip bersama untuk membingkai negosiasi di masa depan.
Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un yang meninggal dunia pada 2011, sebelumnya telah melanggar kesepakatan internasional dengan meluncurkan uji coba senjata nuklir baru. Saat pemerintahan Trump meminta denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi, Pyongyang memberi isyarat bahwa mereka berharap dapat menerima manfaat timbal balik dari segala keputusan yang dibuat.