Ahad 10 Jun 2018 18:46 WIB

Lembaga Survei: Ulama dan Ekonom Bisa Jadi Capres Alternatif

Dalam survei nama-nama ulama dan ekonom dinilai bisa jadi calon alternatif.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Hendri Satrio
Hendri Satrio

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dan founder Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Hendri Satrio mengatakan, tokoh ulama mampu menjadi alternatif pemimpin nasional mendatang. Hal ini seperti yang dipaparkan dalam rilis survei KedaiKOPI April lalu, bertajuk 'Pemimpin Umat'.

Nama-nama yang dipilih dalam jajak pendapat itu, antara lain Habib Rizieq Shihab di urutan pertama, menyusul kemudian KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), Ustadz Abdul Somad, TGB Zainul Majdi, KH Maruf Amin, dan Jokowi berada di urutan ke-6. Ada pula nama lain seperti KH Musthafa Baisri (Gus Mus), KH Yusuf Mansur dan tokoh-tokoh lain.

Namun dalam survei tersebut, Hendri melanjutkan, justru tidak muncuk nama Gatot Nurmanyto dan Anies Baswedan. Padahal keduanya santer didorong untuk menjadi calon alternatif di Pilpres. "Artinya, harapan terhadap muncul figur alternatif belum mengerucut kepada satu tokoh," ujarnya.

Menurutnya, umat Islam masih dalam posisi menyeleksi siapa figur yang layak menjadi pemimpin alternatif. "Apakah itu sosok Prabowo, TGB Zainul Majdi (Gubernur NTB) atau malah tokoh alternatif seperti Rizal Ramli yang akan dipilih untuk menyaingi Jokowi nanti," sambungnya.

Masyarakat termasuk umat Islam, lanjut Hendri, masih memilih tokoh sesuai dengan kebutuhan. "Misalnya saat ini kebutuhannya adalah ekonomi, karena Indonesia sedang tidak baik secara ekonomi maka yang yang akan lebih dicari itu ya orang-orang yang memiliki background ekonomi Bagus," jelas Hendri.

Pilihan lainnya, bila umat Islam membutuhkan tokoh yang ulama sekaligus umaro, yang dipilih adalah TGB Zainul Majdi atau beberapa calon alternatif lain yang selama ini beredar, seperti Mentri Kelautan Susi Pujiastuti atau mantan Ketua KPK Abraham Samad.

"Tapi yang jelas masih selektif dan masih cair sekali pilihannya. Jadi enggak berarti dia harus (tokoh) dari partai politik atau dari militer, tetapi lebih ke kebutuhan," ungkap Hendri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement