REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu telah menetapkan empat staf khusus baru. Salah satunya adalah Abdul Ghofar Rozin. Gus Rozin, sapaannya, merupakan putra ulama kharismatik asal Pati, almarhum KH Mohammad Sahal Mahfudz. Rozin melanjutkan jejak ayahnya mengelola pesantren Ma'had Aly Fi Ushul Al-fiqh.
Lalu, mengapa Gus Rozin bersedia menerima pinangan Jokowi untuk masuk dalam pemerintah? Rozin menceritakan, dia dan Jokowi sebelumnya memang sudah sering bertemu dan berkomunikasi dalam berbagai acara. Sebab, Rozin merupakan pria yang aktif di Asosiasi Pesantren Nahdhatul Ulama (NU) di Jawa Tengah.
Hal tersebut memungkinkan Rozin bertatap muka dengan Jokowi ketika sang Presiden mendatangi pesantren-pesantren di provinsi tersebut. Intensitas komunikasi Rozin dengan Jokowi makin meningkat kala dia berada di Asosiasi Pesantren Pusat
"Saya juga pernah sekali memoderatori beliau. Jadi, komunikasi dengan beliau bukanlah hal baru," kata Rozin saat berbincang akhir pekan kemarin.
Rozin menuturkan, untuk menjembatani pemerintah, khususnya kepala negara, ketika akan bertandang ke banyak pesantren memang membutuhkan komunikasi khusus dengan para pengasuh pesantren. Pesantren yang tersebar di berbagai wilayah, baik pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa, memiliki kultur berbeda-beda dan sangat beragam. Keberadaan para pengasuh yang merupakan orang dari berbagai karakteristik pun membuat komunikasi tersebut tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara.
Keberadaan Rozin sebagai staf khusus Presiden diharap bisa menjadi penyambung lidah dengan tepat antara apa yang ingin disampaikan Presiden Jokowi dan pesantren yang didatangi. Rozin pun menilai bahwa sejauh ini baru Presiden Jokowi, setelah Presiden Gus Dur, yang sering mendatangi pondok pesantren. Hal ini penting karena selama ini pesantren kerap terpinggirkan. Padahal, pondok pesantren ini sudah lebih lama ada sebelum negara ini mendapatkan kemerdekaannya.
Dahulu almarhum Gus Dur menjadi pemimpin yang kerap mendatangi pesantren. Sayangnya, dia hanya duduk di kursi presiden selama 2,5 tahun. Kedatangan Gus Dur ke pesantren pun sebenarnya bukan hal aneh karena almarhum merupakan anak pondok pesantren.
"Kalau Pak Jokowi kan bukan. Jadi, perhatian ini menjadi hal baik untuk kita menyambut, memberikan infromasi yang valid, dan mempermudah komunikasi antara Presiden dengan pesantren," ujarnya.
Kedatangan Jokowi ke banyak pesantren pun hingga saat ini disambut positif. Bahkan, makin banyak pesantren yang meminta Jokowi untuk berkunjung, tetapi semua itu masih diagendakan sesuai dengan jadwal kepresidenan.