Selasa 12 Jun 2018 06:07 WIB

Delegasi Korut Nikmati Kapitalisme Singapura

Delegasi Korut lainnya yang ikut ke Singapura menuju tempat lain untuk berbelaja.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump
Foto: EPA
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Sejumlah diplomat Korea Utara (Korut) berangkat dari hotel mereka untuk bertemu dengan delegasi Amerika Serikat (AS) di Singapura pada Senin (11/6). Namun, delegasi Korut lainnya yang ikut ke Singapura justru menuju tempat lain untuk berbelanja.

Mereka berada di Singapura untuk mengikuti persiapan KTT yang akan mempertemukan Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong-un. Keduanya dijadwalkan bertemu di Capella Hotel, Pulau Sentosa, pada 12 Juni besok.

Bagi Kim dan delegasinya yang terdiri atas puluhan pejabat, wartawan pemerintah, dan staf keamanan, perjalanan ke luar negeri adalah kesempatan yang langka. Mereka tidak hanya bisa membangun jembatan diplomatik, tetapi juga mengeksplorasi keberhasilan kapitalisme di Singapura, salah satu negara terkaya di dunia.

Delegasi Korut menginap di hotel bintang lima St Regis. Lobi hotel itu dilengkapi dengan lantai marmer berwarna krem, lampu gantung, dan karya seni besar di dindingnya. Harga sarapan di hotel mewah ini sama dengan upah mayoritas penduduk Korut dalam sebulan, sebesar 35 dolar AS.

Beberapa delegasi Korut terlihat sarapan di hotel tersebut pada Senin (11/6) pagi. Jenderal bintang empat sekaligus Wakil Ketua Komite Sentral Partai Buruh Korea Kim Yong Chol, Wakil Ketua Partai Buruh sekaligus Direktur Departemen Urusan Internasional Ri Su-yong, dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho ada di antara mereka.

Staf hotel meminta tamu lain untuk tidak berinteraksi dengan delegasi Korut, atau mengambil foto mereka. Salah satu makanan yang disajikan di hotel itu adalah dimsum Cina, kue kering, dan telur goreng.

Sajian semacam itu jarang ditemukan oleh warga Korut, bahkan oleh pejabatnya. Ideologi "Juche" yang diusung pemerintah totalitarian Korut telah menyebabkan stagnasi ekonomi, kemiskinan yang meluas, dan terkadang kelaparan.

Sebagian besar warga Korut mengandalkan diet monoton beras, jagung, kimchi, dan pasta kacang. Mereka kekurangan lemak dan protein esensial. Program Pangan Dunia PBB mengatakan, seperempat dari anak-anak Korut yang berusia di bawah lima tahun menderita kekurangan gizi kronis.

Pada Ahad (10/6) malam, beberapa jam setelah Kim dan delegasinya tiba di Singapura, wartawan Reuters melihat para pejabat Korut memesan makan malam seharga 100 dolar AS per orang di restoran Cina yang ada di dalam hotel. Namun, beberapa lainnya memilih untuk membeli makanan cepat saji Barat.

Sekelompok staf keamanan Korut terlihat kembali ke hotel dengan membawa kardus dari McDonald's. Korut adalah salah satu dari beberapa negara di dunia yang tidak memiliki gerai McDonald's.

Delegasi Korut menginap di tiga lantai teratas di Hotel St Regis. Menurut situs resmi hotel, lantai atas memiliki kamar suite dengan harga lebih dari 5.000 dolar Singapura per malam dan kamar Presidential Suite dengan harga 9.000 dolar Singapura per malam.

Presidential Suite memiliki ruang makan, ruang tamu, ruang belajar, kamar tidur dan teras, ruang olahraga, ruang uap, pelayan pribadi, dan dapur. Hotel St Regis menolak mengomentari siapa yang tinggal di lantai atas, atau berapa banyak ruangan yang ditempati delegasi Korut.

Reuters tidak dapat memastikan apakah Kim Jong-un menginap di Presidential Suite. Pemerintah Singapura telah mengatakan, mereka menghabiskan sekitar 15 juta dolar AS untuk menjadi tuan rumah KTT, termasuk tagihan hotel bagi delegasi Korut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement