REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Gedung Kementerian Rehabilitasi dan Pembangunan Pedesaan Afghanistan yang berada di Kabul menjadi target serangan bom bunuh diri pada Senin (11/6). Sedikitnya 12 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka akibat insiden tersebut.
Juru bicara kepolisian di Kabul Hashmat Stanikzai mengatakan pelaku penyerangan meledakkan bomnya di pintu masuk kompleks kementerian. Peristiwa terjadi pada sore hari ketika para karyawan hendak pulang.
Laman Anadolu melaporkan, jutu bicara gubernur provinsi Attaullah Khogyani mengungkapkan pelaku penyerangan berjumlah empat orang. Semuanya tewas pascakejadian tersebut.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab terhadap aksi bom bunuh diri ini. Namun kecurigaan mengarah kepada Taliban dan ISIS.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk pertama kalinya mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat dengan Taliban. Gencatan senjata akan berlaku hingga 20 Juni mendatang atau setelah umat Muslim merayakan hari raya Idul Fitri.
"Gencatan senjata ini adalah kesempatan bagi Taliban untuk menginstrospeksi bahwa kampanye kekerasan mereka tidak memenangkan hati dan mereka, tapi lebih jauh mengasingkan," kata Ghani melalui akun Twitter-nya, dikutip laman Aljazirah.
"Dengan pengumuman gencatan senjata, kami melambangkan kekuatan pemerintah Afghanistan dan kehendak rakyat untuk resolusi damai terhadap konflik Afghanistan," ujar Ghani menambahkan.
Tawaran gencatan senjata ini diterima dan disanggupi Taliban akhir pekan lalu. Dalam pengumumannya, Taliban mengatakan pasukan asing yang berada di Afghanistan tidak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata. Selain itu, Taliban akan membela diri terhadap serangan apa pun.
Peperangan antara Pemerintah Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama lebih dari 16 tahun. Peperangan telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas. Pada tahun lalu saja konflik telah membunuh atau melukai lebih dari 10 ribu warga sipil.