Selasa 12 Jun 2018 12:55 WIB

Prof Wiku: Kadar Merkuri Ikan di Sungai Citarum Tinggi

Merkuri dalam tubuh manusia bisa sebabkan gangguan pada ginjal dan otal

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Drh Wiku Adisasmito, MSc, Ph.D (kanan) bersama Sekretaris Jendral Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantanas), Mayjen TNI Doni Monardo (kiri).
Foto: Istimewa
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Drh Wiku Adisasmito, MSc, Ph.D (kanan) bersama Sekretaris Jendral Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantanas), Mayjen TNI Doni Monardo (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak bisa dipungkiri, ikan mas dan lele merupakan dua jenis ikan yang paling banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Namun harus diwaspadai jika ikan tersebut berasal dari Sungai Citarum.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap dua jenis ikan tersebut yang sampelnya diambil dari aliran Sungai Citarum ternyata sungguh mencengangkan. Penelitian dilakukan oleh Kesdam 3 Siliwangi pada Januari 2018 lalu dimana Pangdam 3 Siliwangi saat itu dipimpin oleh Mayjen TNI Doni Monardo. Kini, Doni Monardo telah beralih tugas sebagai Sekretaris Jendral Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantanas).

Penelitian terhadap dua jenis ikan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia ini dilakukan di tiga tempat di Kabupaten Bandung yang dilintasi Sungai Citarum, masing-masing di Desa Cisanti, Desa Cilampeni, dan Desa Cimarangi. Pada jenis ikan mas di Desa Cisanti rata-rata terpapar merkuri sebesar 5,32 x 100 Ug/gram.

Sementara ikan lele di Desa Cilampeni telah terpapar merkuri rata-rata 6,57 x 100 Ug/gram. Sedangkan kadar merkuri pada ikan lele di Desa Cimarangi malah makin tinggi lagi yakni rata-rata 8,64 x 100 Ug/gram. Semakin ke hilir semakin tinggi kandungan logam beratnya.

Merujuk dari hasil penelitian tersebut, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Drh Wiku Adisasmito, MSc, Ph.D, mengungkapkan keprihatinan yang luar biasa. Minimnya kesadaran semua pihak akan bahayanya merkuri terhadap kesehatan masyarakat membuat masalah ini seperti dibiarkan berlarut-larut.

"Padahal normalnya kadar merkuri pada ikan tersebut tidak boleh lebih dari 0,5 Ug/gram," ujar Wiku dalam rilisnya, Selasa (12/6).

Lanjut Wiku, dampak buruk yang ditimbulkan dari mengkomsumsi ikan mas dan lele yang telah terpapar merkuri memang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Dampak buruk yang ditimbulkan akan terasa setelah beberapa tahun.

"Merkuri yang ditimbun dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada fungsi ginjal, otak dan lain-lain," jelas Wiku.

Demikian tingginya kadar merkuri yang terkandung pada ikan mas dan lele yang hidup di aliran Sungai Citarum tentu tak lepas dari tercemarnya sungai terbesar yang melintasi Provinsi Jawa Barat ini. Fakta memperlihatkan cukup banyak pabrik-pabrik yang berada di tepi Sungai Citarum yang tanpa merasa bersalah langsung membuang limbah pabrik mereka ke dalam aliran sungai tanpa diolah atau dinetralisir terlebih dulu.

Karena itu Wiku sangat mengapresiasi tindakan tegas yang dilakukan pihak keamanan dengan menutup sebuah pabrik pengolahan tambang emas PT.MT Group yang berlokasi di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupatan Bandung, pekan lalu. Pabrik ini membuang limbah merkuri langsung ke Sungai Citarum.

"Pabrik emas ini dengan seenaknya membuang limbah merkuri langsung ke Sungai Citarum. Agar tidak ketahuan proses pembuangan dilakukan pada dini hari, namun akhirnya tertangkap basah juga. Bayangkan jika pabrik ini sudah beroperasi sejak 25 tahun lalu, sudah berapa banyak merkuri yang dicemarkan ke Sungai Citarum? Ini pun baru dari satu pabrik, padahal masih ada puluhan pabrik lain yang diduga melakukan pelanggaran yang sama," tutur Wiku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement