REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, akan menghentikan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan (Korsel). Hal ini ia utarakan setelah menandatangani kesepakatan dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un pada Selasa (12/6).
Dalam sebuah konferensi pers Trump mengatakan, latihan militer gabungan antara AS dan Korsel memang cukup provkatif bagi Korut. Selain itu, latihan tersebut cukup memakan biaya.
"Permainan perang sangat mahal. Saya pikir ini sangat provokatif. Anda memiliki sebuah negara tepat di sebelahnya," kata Trump mengacu kepada Korut, dikutip laman Yonhap.
Latihan militer gabungan antara AS dan Korsel memang kerap dikecam Korut. Pyongyang menilai latihan tersebut sengaja dilakukan untuk memprovokasi Korut dan menyeret negara tersebut ke lubang peperangan.
Saat konferensi pers, Trump pun menyinggung tentang keberadaan 28.500 personel pasukan AS di Korsel. Ia mengatakan, ingin membawa mereka kembali ke AS. Kendati demikian, Trump tak mengungkapkan kapan hal itu akan dilakukan.
Trump dan Kim Jong-un telah melakukan pertemuan di Capella Hotel di Sentosa Island, Singapura. Keduanya bertemu dalam rangka membahas denuklirisasi Semenanjung Korea.
Setidaknya terdapat empat butir kesepakatan dari hasil pertemuan Trump dan Kim. Pertama Korut dan AS sepakat menjalin hubungan baru yang mengarah ke perdamaian. Kedua, baik AS maupun Korut setuju untuk membangun rezim yang stabil di Semenanjung Korea.
Ketiga, mengacu pada Deklarasi Panmunjeom, Korut menyatakan berkomitmen melakukan denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea. Kemudian terakhir, kedua negara sepakat memulangkan tahanan perang atau tentara yang dinyatakan hilang yang telah teridentifikasi.
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengatakan, dunia akan melihat perubahan besar setelah pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump pada Selasa (12/6). Ia tak menampik bahwa pertemuan dengan Trump merupakan momen bersejarah.
"Dunia akan melihat perubahan besar. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump untuk membuat pertemuan ini terjadi," kata Kim, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS. "Hari ini kita telah mengadakan pertemuan bersejarah. Kami memutuskan untuk meninggalkan masa lalu," ujar Kim menambahkan.
Sementara itu, Cina pada Selasa mengusulkan pengangkatan sanksi untuk Korea Utara dapat dipertimbangkan jika negara Pyongyang tunduk pada resolusi PBB.
Berbicara di Beijing setelah Trump dan Kim menandatangani pernyataan bersama di, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang menegaskan, Cina selalu secara ketat mematuhi semua resolusi PBB tentang Korea Utara.
"Resolusi Dewan Keamanan PBB yang telah disahkan menyatakan bahwa jika Korea Utara menghormati dan bertindak sesuai dengan resolusi, maka langkah-langkah sanksi dapat disesuaikan, termasuk untuk menghentikan sementara atau menghapus sanksi yang relevan," kata Geng.