REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Seorang pakar industri di Dubai, Uni Emirat Arab, mengatakan bahwa bulan suci Ramadhan telah menghadirkan kesempatan unik bagi Dubai untuk menarik lebih banyak wisatawan internasional dan regional yang ingin menikmati warisan dan budaya Emirat. Sebagian besar wisatawan cenderung menghindari Timur Tengah selama bulan suci karena mereka mungkin menghadapi beberapa pembatasan terkait hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Dubai, bagaimanapun, telah bekerja untuk mengubah persepsi itu melalui aturan izinnya yang fleksibel. Dalam hal ini, Dubai memungkinkan hotel dan restoran terpilih untuk melayani baik alkohol dan makanan sepanjang hari sepanjang Ramadhan. Hal demikian dinyatakan oleh Manajemen Destinasi Alpha, agen perjalanan terkemuka di UEA.
Langkah untuk melonggarkan aturan perizinan selama bulan Ramadhan didasarkan karena fakta bulan suci semakin dekat ke puncak musim pariwisata emirat setiap tahun. Menurut sebuah laporan di The National, pada 2020 Ramadhan akan jatuh pada Maret dan April, yang menjadi periode yang populer bagi wisatawan Eropa yang mengunjungi UEA untuk liburan musim semi dan liburan Paskah.
Menyoroti potensi besar yang dimiliki Dubai untuk menumbuhkan pariwisata budaya selama bulan suci, manajer umum Manajemen Destinasi Alpha Samir Hamadeh mengatakan bahwa mereka telah melihat beberapa kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir.
Ia mengatakan, pendekatan fleksibel untuk gerai makanan dan minuman adalah bagian dari strategi ini. Menurutnya, langkah-langkah seperti ini disambut baik oleh wisatawan sebagaimana terbukti dari reaksi beberapa pelanggan mereka yang bepergian ke Dubai.
"Lebih banyak yang harus dilakukan dalam aspek ini terutama dalam hal mengembangkan pengalaman budaya di kota ini, di mana Ramadhan bisa menjadi periode yang harus dikunjungi untuk menemukan tradisi dan warisan Arab yang unik bersama dengan ketertarikan dari Emirat lainnya," kata Hamadeh, dilansir dari Trade Arabia, Selasa (12/6).
Hamadeh mengatakan, di tahun-tahun mendatang, Ramadan akan jatuh di musim utama wisata utama. Menurutnya, sebagian besar pengunjung dari Eropa Tengah dan Barat cenderung percaya bahwa Ramadhan bukan waktu yang ideal untuk mengunjungi Dubai. Hal itu karena mereka mungkin menghadapi beberapa pembatasan dalam hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan.
Namun, semua itu tidak terjadi di Dubai dan persepsi itu menurutnya perlu diubah dengan pesan produk dan pemasaran yang tepat. Ia mengatakan, mengembangkan daya tarik lokal seperti tenda Ramadhan yang lebih terjangkau dan otentik, bersantap dengan keluarga lokal di rumah lokal untuk berbuka puasa, membuat program hiburan tradisional sambil mempertahankan kepekaan budaya adalah beberapa opsi yang perlu dipertimbangkan.
"Kampanye global harus mengkomunikasikan bahwa Ramadhan di Dubai benar-benar ajaib dan unik," lanjutnya.
Hamadeh menambahkan, bahwa Dubai adalah destinasi wisata sepanjang tahun yang menawarkan beragam pengalaman. Karena itu, menurutnya, Ramadhan harus menjadi salah satu daya tarik utama. Oleh karena itu, ia mengatakan Dubai perlu memposisikan sebagai tempat terbaik untuk merayakan Ramadhan dan menyerap budaya lokal.
"Sebuah kota yang menjadi hidup dengan semangat bulan suci," tambahnya.