REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai kritikan karena melontarkan candaan dirinya ingin diperlakukan seperti Kim Jong Un. Dalam wawancara dengan Fox News pada Jumat (15/6), Trump berkata ia ingin agar rakyat menaati perintahnya sebagaimana rakyat Korea Utara mematuhi Kim Jong Un.
Sontak pernyataan tersebut disambut dengan kritik di media sosial dan berita-berita di televisi kabel. Dalam wawancara itu, reporter Fox News bertanya kepada Trump apakah ia akan mengundang Kim ke Gedung Putih setelah pertemuan di Singapura beberapa hari silam.
Sang presiden pun menjawab bahwa kemungkinan itu selalu ada. "Dia adalah pemimpin negara. Dia berbicara dan rakyatnya mematuhinya. Aku ingin rakyat di sini juga melakukan hal yang sama," kata Trump dilansir dari Reuters. Jawaban tersebut tidak butuh waktu lama untuk memantik kritik di masyarakat.
Sebagaimana diketahui, Kim Jong Un diduga telah membunuh saudara tirinya serta mengeksekusi pamannya pada 2013 silam. Investigasi PBB juga melaporkan adanya tindakan Kim yang melanggar hak asasi manusia serta penggunaan penjara untuk kepentingan politik. Pemimpin Korut itu pun memanfaatkan bencana kelaparan sebagai alat untuk mengontrol politik.
Reporter pun bertanya kepada Trump apa maksud pernyataannya. "Aku bercanda. Anda tidak paham sarkasme," ujar Trump. Ini bukan pertama kalinya candaannya menuai kritik. Sebelumnya Trump juga pernah melontarkan kalimat kontroversial bahwa dirinya ingin diangkat menjadi presiden seumur hidup seperti Presiden Cina, Xi Jinping.
"Kubilang 'Presiden seumur hidup. Itu terdengar bagus. Mungkin kita akan mencobanya'", kata Trump. "Tapi aku bercanda. Aku bercanda tentang menjadi presiden seumur hidup," demikian pembelaannya setelah menerima kritikan dari masyarakat.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders ikut memberikan klarifikasi mengenai pernyataan orang nomor satu di AS tersebut. "Presiden benar-benar bergurau tentang komentarnya itu," kata Sarah.
Akan tetapi penulis pidato mantan presiden Barack Obama, David Litt, memberikan pendapat berbeda. Ia mengatakan sikap Trump yang menyalahkan pendengarnya dengan alasan sedang bercanda justru menunjukkan bahwa Trump menghindari tanggung jawab atas apa yang ia katakan.
Menurut David, ada beberapa topik sensitif yang seharusnya tidak dijadikan bahan guyonan. "Mungkin Donald Trump adalah pelawak yang tidak sensitif mengenai bagaimana mengerikannya seorang diktator. Namun jika itu masalahnya, dia sebaiknya menunggu sampai pensiun sebagai presiden untuk mulai bercanda tentang hal-hal seperti itu," kata David.