REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Ratusan jemaah Islam Aboge di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, baru merayakan Idul Fitri, Sabtu (16/6) ini. Seperti halnya perayaan umat Islam lainnya, perayaan Idul Fitri juga ditandai dengan shalat Ied berjamaah. Rukunnya sholat Ied, juga didahului shalat yang kemudian diikuti khotbah sholat Id.
Di Kabupaten Banyumas, perayaan Idul Fitri jemaah Islam Aboge ini, antara lain terjadi di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang. Ratusan jemaah yang datang dari beberapa desa sekitarnya, mendatangi mushola Al Ikhlas yang ada di desa tersebut, kemudian melaksanakan shalat Ied. Jemaah mendatangi masjid ini sejak pukul 05.00, dan melaksanakan shalat Ied pukul 07.00.
Sebagian jemaah shalat Ied ini, juga melaksanakan di halaman mushola karena bagian dalam mushola tidak bisa menampung seluruh jemaah. Setelah shalat, jemaah bersama-sama mendengarkan khotbah shalat Ied.
Yang membedakan dengan umat Islam lain, para jemaah mendatangi masjid untuk shalat Ied, tidak hanya dengan membawa perlengkapan alat shalat. Melainkan juga dengan membawa berbagai jenis makanan.
Beragam jenis makanan berupa opor ayam, rica-rica, ketupat, nasi dan berbagai jenis makanan lainnya, disantap bersama-sama para jemaah setelah shalat Id selesai, dan bersalam-salaman. Saat bersalam-salaman, tak ada pemisahan antara jemaah pria dan wanita.
Sementara di Kabupaten Purbalingga, pelaksanaan shalat Id jemaah Aboge dilaksanakan di masjid Sayid Kuning Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Purbalingga. Di desa ini, juga ada ratusan jemaah yang mengikuti pelaksanaan shalat. Serupa dengan di Banyumas, para jemaah juga membawa berbagai jenis makanan yang disantap setelah pelaksanaan shalat Id.
Penambahan Aboge dalam kata Islam, merupakan akronim Alif Rebo Wage. Konsep Alif Rebo Wage ini, menjadi dasar perhitungan jatihnya hari-hari besar Islam yang dipercaya mereka.
Pimpinan Aboge Banyumas Jamang Sudiworo, menyebutkan jemaahnya memang memiliki hitungan sendiri dalam menentukan jatuhnya hari-hari besar Islam. Cara perhitungan dilakukan dengan memasukkan unsur hari-hari pasaran dalam kalender Jawa. ''Cara perhitungan ini sudah dilakukan sejak jaman nenek moyang kami,'' katanya.