REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, menyatakan, kenaikan suku bunga The Fed menjadi dua persen pada rapat FOMC Bank Sentral AS The Federal Reserve Juni sudah sesuai ekspektasi pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga The Fed dinilai tak mengguncang pasar.
Menurutnya, pasar selalu bergerak beberapa pekan sebelum kenaikan suku bunga The Fed. Biasanya pasar mengukur berapa persen kenaikan The Fed akan terjadi. Biasanya, tiga bulan sebelum kenaikan suku bunga, sekitar 60 persen pelaku pasar sependapat dengan perhitungan suku bunga.
"Kalau seperti kenaikan The Fed yang kemarin itu dari satu bulan lalu sudah hampir 100 persen mengatakan pasti naik. Jadi begitu naik harusnya aman-aman saja," kata Mirza kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/6).
Namun, dia mengatakan terdapat perubahan pada Rapat FOMC Juni yakni The Fed mengonfirmasi kenaikan suku bunga menjadi empat kali tahun ini. The Fed sudah dua kali menaikkan suku bunga tahun ini pada Maret dan Juni. Oleh karena itu, pada FOMC September dan Desember, suku bunga juga akan naik.
Selain itu, The Fed juga mengatakan mulai tahun depan konferensi pers mereka akan dilakukan setiap selesai mengadakan rapat FOMC. "Artinya tahun depan kenaikan suku bunga The Fed tidak harus bulan Maret, Juni, September, dan Desember tapi bisa bulan selain itu," ujarnya.
Dia menegaskan Bank Indonesia selalu melakukan kebijakan antisipatif. Dari sisi makro, Bank Indonesia menjaga inflasi tetap rendah. Inflasi sampai Mei 2018 yang sebesar 0,21 persen (mtm), atau 3,23 persen (yoy) dinilai terkendali. "So far inflasi sesuai ekspektasi bahkan di bawah 3,5 persen (yoy). Sampai akhir tahun Bank Indonesia perkirakan inflasi 3,5 persen jadi kita jaga dengan baik," ucapnya.