Senin 18 Jun 2018 03:38 WIB

Ini Alasan Novel Mengapa Kasusnya Sulit Diungkap Polisi

Novel berdalih ada petinggi penegak hukum terlibat dalam kasus penyiraman ini.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Elba Damhuri
Penyidik KPK Novel Baswedan (kiri) bersama Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan di dekat kediamannya, di Kelapa Gading, Jakarta, Ahad (17/6).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Penyidik KPK Novel Baswedan (kiri) bersama Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan di dekat kediamannya, di Kelapa Gading, Jakarta, Ahad (17/6).

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Kasus penyiraman air keras oleh orang tidak dikenal kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan masih menemui jalan buntu. Malah, Novel sejak awal sudah menyebutkan alasan akan sulitnya pengungkapan pelaku kasus ini.

Salah satunya, kata Novel, karena ada keterlibatan petinggi penegak hukum. "Saya sudah menyampaikan hal itu sejak awal, saya sudah yakin ini tidak akan diungkap," jelas Novel saat ditemui di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Ahad (17/6).

Pernyataan ini diungkapkan Novel untuk meyakinkan para pemimpin bahwa kasus penyiraman ini bukan kasus biasa, melainkan kasus luar biasa. Penyerangan terhadap dirinya, jelas Novel, tentu bukanlah suatu rencana yang hanya dilakukan oleh satu otak utama.

Baca Juga: Wakapolri Pastikan Ada Perkembangan Kasus Novel

"Saya juga pernah menyampaikan kepada rekan-rekan media bahwa saya berharap pimpinan KPK itu betul-betul memberikan perlindungan dan perhatian kepada pegawai KPK, dalam rangka melakukan pekerjaannya serta melakukan tugas dan tanggung jawabnya," kata Novel.

Perlindungan yang dimaksud Novel bukanlah dengan dijaga 24 jam penuh. Perlindungan yang paling baik adalah ketika ada pegawai KPK yang melakukan tanggung jawabnya itu diserang, maka penyerangnya harus diungkap alias tidak boleh dibiarkan.

"Bahkan saya pernah mendengar pernyataan pembantu Presiden yang menyatakan bahwa Presiden tidak mungkin melihat masalah yang kecil-kecil," jelas Novel.

Bagi dia, jika kasus seperti ini saja dianggap sebagai bukan masalah yang penting, ia mempertanyakan sebenarnya negara ini masih bercita-cita untuk memberantas korupsi atau tidak?

"Berkali-kali saya menyampaikan bukan hanya saya sebagai korban, bukan sekadar itu. Tapi saya melihat penyerangan kepada KPK secara fisik itu juga sering terjadi. Bahkan, saya mempunyai keyakinan dan dugaan kuat beberapa kejadian ini pelakunya sama. Maksudnya oknum Polri yang terlibat orangnya sama, jenderalnya. Ini yg berbahaya," beber Novel.

Ia berharap kejadian yang menimpanya bisa menjadi perhatian ke depan oleh Presiden agar setidak-tidaknya tidak lagi terjadi. Novel pernah menyampaikan setidak-tidaknya ada dua kali pegawai KPK diculik.

Dan itu, sambung dia, tidak dianggap sebagai masalah. "Itu hal serius dan masih banyak lagi yang lain yang pernah saya sampaikan dan semua itu tentunya keprihatinan kita," papar Novel.

Novel Baswedan disiram air keras berjenis asam sulfat atau H2SO4 oleh orang tidak dikenal, seusai menunaikan Shalat Subuh pada 11 April 2017 lalu. Karena penyerangan tersebut, kondisi mata Novel rusak dan harus di operasi di rumah sakit di Singapura.

Pria yang menangani kasus mega korupsi proyek KTP-el itu pun kini telah kembali dari perawatan intensifnya di Singapura, sebagai upaya menyembuhkan penglihatannya imbas dari penyerangan itu. Pada 23 Maret 2018, Novel menjalani operasi tahap dua terhadap mata kirinya.

Baca Juga: Saat Penyiram Novel Baswedan Muncul Lagi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement