REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah armada kapal sukarelawan telah menyelamatkan ratusan imigran yang melakukan perjalanan berbahaya setiap hari. Orang-orang tersebut berupaya untuk mencapai Eropa dari pantai Afrika Utara.
Namun misi penyelamatan untuk membawa para imigran itu tidak hanya berisiko, tetapi juga menjadi lebih sulit dalam beberapa hari terakhir ini. Sepekan setelah melarang kapal Aquarius untuk berlabuh, Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvin kembali melarang dua kapal imigran untuk berlabuh di negaranya.
Salvini menuduh dua kapal penyelamat itu, Lifeline dan Seefuch, dioperasikan oleh organisasi-organisasi Jerman yang terlibat dalam bisnis imigrasi ilegal. Namun, ia tidak memberikan bukti apa pun atas tuduhannya tersebut.
Berbicara kepada Aljazirah, Alex Steier, salah satu pendiri misi penyelamatan Lifeline Mission, menolak tuduhan Salvini. Menurutnya, misi penyelamatan Lifeline selalu berpegang pada hukum internasional. "Kami membantah tuduhan terlibat dalam beberapa jenis bisnis imigrasi ilegal. Ini adalah klaim populis. Kami hanya melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan negara-negara lain," ujar Steier.
Lifeline telah beroperasi di Mediterania sejak September 2017. Dengan panjang 32 meter, kapal tersebut dapat menampung hingga 800 orang.
Menurut Steier, Lifeline terlalu kecil untuk melakukan perjalanan dari pantai Libya ke Italia dengan begitu banyak penumpang di dalamnya. Oleh karena itu, imigran yang diselamatkan biasanya akan diserahkan ke kapal yang lebih besar untuk bisa menuju ke pantai.
"Kami memiliki peralatan untuk melakukan misi penyelamatan. Kami juga memiliki rumah sakit di dalam kapal untuk melakukan operasi kecil. Dan kami punya pengacara di kapal untuk memastikan kami mematuhi semua undang-undang," ujar dia.
Keputusan terakhir Salvini untuk melarang kedua kapal penyelamat itu mungkin tidak akan mempengaruhi Lifeline, karena kapal tersebut tidak pernah berlayar ke pelabuhan Italia. Namun, larangan itu merupakan indikasi jelas dari sikap keras seorang menteri dalam negeri tentang pengungsi dan migran.
Italia telah menjadi titik masuk utama bagi ratusan ribu imigran yang berusaha mencapai Eropa melalui rute Mediterania tengah. Penyeberangan itu telah menyebabkan hampir 14 ribu orang tewas selama empat tahun terakhir, menurut Missing Migrant Project.
Ruben Neugebauer, dari misi penyelamatan Sea Watch, mengatakan menutup pelabuhan tidak akan menghentikan para imigran untuk melakukan penyeberangan berbahaya. "Kami melakukan lebih dari 900 penyeberangan ke Spanyol kemarin. Apa yang bisa kami lihat sekarang adalah pergeseran rute karena imigrasi adalah fakta dan tidak dapat dihentikan oleh pagar dan tembok," ungkap Neugebauer kepada Aljazirah, Ahad (17/6).
Neugebauer memperingatkan, sikap Italia akan memiliki dampak yang sangat buruk. "Kurangnya kapasitas penyelamatan yang kita hadapi sekarang di rute Mediterania tengah akan membuat perjalanan menjadi lebih berbahaya dan meningkatkan angka kematian," katanya.