Selasa 19 Jun 2018 13:04 WIB

Industri Manufaktur Diyakini Genjot Produksi Setelah Lebaran

Pilkada diprediksi meningkatkan permintaan produk industri manufaktur.

Rep: Debbie Sutrisno / Red: Nur Aini
Industri manufaktur
Foto: Prayogi/Republika
Industri manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Industri manufaktur diyakini akan meningkatkan kembali produktivitasnya setelah masa libur panjang Lebaran tahun ini. Lonjakan kinerja tersebut diprediksi mengerek pertumbuhan positif pada kuartal III/2018
atau lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, ada pembatasan transportasi barang saat Lebaran. Selain itu, libur bersama yang cukup panjang membuat industri menahan produksi. Namun produksi tersebut diyakini bisa terkejar pada kuartal III.

Airlangga meyakini adanya momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlangsung tahun ini di berbagai wilayah di Indonesia, berdampak positif terhadap produksi sejumlah industri manufaktur. “Apalagi nanti juga ada Pemilu, tentu demand produknya lebih banyak lagi,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (19/6).

Ada beberapa sektor manufaktur yang berpeluang tumbuh gemilang karena mendulang permintaan domestik yang tinggi selama Ramadhan dan pilkada tersebut. Sektor tersebut antara lain industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, serta industri alas kaki.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I 2018 industri manufaktur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri meningkatkan produksi sebesar 0,88 persen, lebih tinggi dibanding kuartal IV/2017 (quarter to quarter) dan tumbuh 5,01 persen dari kuartal I-2017 (year on year). Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen di kuartal I/2018, meningkat dibanding periode yang sama pada 2017 sekitar 4,80 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen.

Kinerja cemerlang juga diikuti industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen. Kemudian industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.

Airlangga mengatakan, selama ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus menjalankan program hilirisasi industri yang konsisten memberikan efek berantai terhadap perekonomian nasional. Dampak positif itu antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. “Kami juga aktif mendorong peningkatan nilai investasi dan ekspor terutama di sektor manufaktur,” ujarnya.

Upaya itu diyakini mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional serta dapat
menciptakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement