Rabu 20 Jun 2018 04:29 WIB

Perempuan Saudi, Memegang Kemudi dan Mengendalikan Hidup

Pada 24 Juni, perempuan Saudi akan diizinkan mengendarai mobil perdana.

Seorang perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan di Riyadh, Arab Saudi pada 28 Oktober 2013.
Foto: EPA-EFE/STR
Seorang perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan di Riyadh, Arab Saudi pada 28 Oktober 2013.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAHRAN -- Pada 24 Juni, ketika perempuan Arab Saudi diizinkan mengendarai mobil untuk pertama kali, Amira Abdulgader ingin duduk di belakang kemudi, menjadi pengemudi, memberi tumpangan ke ibunya yang duduk di sampingnya.

"Duduk di belakang kemudi (berarti) Andalah yang mengendalikan perjalanan," kata sang arsitek yang mengenakan kerudung hitam.

Dia baru saja selesai belajar mengemudi. "Saya ingin mengendalikan setiap detail perjalanan saya. Saya akan menjadi orang yang memutuskan kapan harus pergi, apa yang harus dilakukan, dan kapan saya akan kembali," ujarnya.

photo

Abdulgader adalah salah satu dari sekitar 200 perempuan di perusahaan minyak negara Aramco yang mengambil keuntungan dari tawaran perusahaan untuk mengajar karyawan perempuan dan keluarga mereka di akademi mengemudi di Dhahran. Kursus mengemudi itu untuk mendukung revolusi sosial yang menyapu kerajaan tersebut.

"Kami membutuhkan mobil untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kami bekerja, kami adalah ibu, kami memiliki banyak kegiatan sosial, kami harus pergi keluar - jadi kami perlu transportasi. Ini akan mengubah hidup saya," katanya.

photo
Wanita Arab Saudi berbicang di show room mobil.

Perempuan merupakan lima persen dari 66 ribu staf Aramco, yang berarti 3.000 lebih pada akhirnya dapat mendaftar di sekolah mengemudi. Pada September lalu, Raja Salman memutuskan mengakhiri larangan satu-satunya di dunia untuk pengemudi perempuan. Larangan itu dipertahankan selama beberapa dekade oleh kelompok Muslim yang sangat konservatif di Saudi.

Tetapi putranya, putra mahkota yang berusia 32 tahun, Mohammed bin Salman, adalah wajah revolusi sosial yang lebih luas. Banyak anak muda Saudi menganggap pengangkatanya sebagai bukti generasi mereka akhirnya mendapatkan bagian dari kontrol atas negara yang tradisi patriarkalnya telah selama beberapa dekade membuat kekuasaan berada di kelompok tua.

Bagi Abdulgader, 24 Juni adalah hari untuk merayakan perubahan itu, dan hanya ada satu orang yang ingin dia ajak berbagi. "Pada 24 Juni, saya ingin pergi ke rumah ibu saya dan membawanya untuk melakukan perjalanan. Ini adalah rencana pertama saya sebenarnya, dan saya ingin benar-benar menikmatinya dengan ibu saya. Hanya saya dan ibu saya, tanpa orang lain," katanya.

Baca juga: 10 Perempuan Saudi Pertama Terima SIM

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement