REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara (Korut) akan memulai proses penyerahan kerangka tentara Amerika Serikat (AS) yang hilang saat Perang Korea beberapa dekade lalu. Pada Selasa (19/6), dua pejabat AS yang berbicara secara anonim mengatakan kepada Reuters, penyerahan dapat dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
Kerangka para tentara itu akan diserahkan ke Komando PBB di Korea Selatan (Korsel) dan kemudian akan dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Hickam di Hawaii. Proses identifikasi setiap kerangka bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Seorang pejabat AS mengatakan jumlah kerangka yang akan diserahkan cukup besar. Tetapi ia menolak memberikan angka pastinya, mengingat pemimpin Korut Kim Jong-un juga tidak mengungkapkannya.
Kesepakatan pengembalian kerangka tentara ini dicapai oleh Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump saat keduanya bertemu di Singapura. Dalam konferensi pers yang dilakukan setelah pertemuan itu, Trump mengatakan Korut telah setuju untuk mengembalikan kerangka tentara AS.
"(Para keluarga) menginginkan jasad ayah mereka, dan ibu-ibu mereka, dan semua orang yang terjebak dalam perang yang benar-benar brutal itu. Dan (Kim) menyetujui hal itu dengan sangat cepat dan ini benar-benar hal yang sangat menyenangkan, dan dia memahaminya," ujar Trump pada 12 Juni lalu.
Data militer AS menunjukkan, sekitar 7.700 tentara AS masih belum ditemukan sejak Perang Korea berkecamuk pada 1950-1953. Tercatat lebih dari 36.500 tentara AS tewas dalam konflik itu.
Menurut Pentagon, pejabat Korut telah mengindikasikan mereka memiliki kerangka 200 pasukan AS. Kerangka beberapa tentara AS terakhir dikembalikan pada 2007, ketika Gubernur New Mexico Bill Richardson mengunjungi Pyongyang.
Pengembalian kerangka tentara AS akan menandai langkah pertama yang diambil Kim sejak KTT AS-Korut. Langkah ini menunjukkan dia mungkin serius ingin memperbaiki hubungan dengan Washington.
Pada Senin (18/6), AS dan Korsel mengatakan mereka telah setuju untuk menunda latihan militer gabungan yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada Agustus. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengatakan ia mungkin akan melakukan perjalanan kembali ke Korut untuk mencoba menyempurnakan komitmen yang telah dibuat dalam KTT.
Pompeo telah melakukan perjalanan dua kali ke Korut tahun ini dan telah bertemu Kim untuk ketiga kalinya dalam KTT Singapura. Ia mengatakan Kim telah menyatakan komitmennya dengan sangat jelas untuk sepenuhnya mengupayakan denuklirisasi, tetapi masih ada banyak hal yang harus dilakukan.