REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan pembangunan Wisma Atlet di Kemayoran telah menelan dana yang sangat besar. Ia tak ingin kamar-kamar yang ada telantar setelah ajang Asian Para Games 2018 usai.
Sandiaga meminta agar pemanfaatan aset tersebut segera dipikirkan. Jika tidak ditempati, kamar-kamar yang ada akan menyusut nilainya. Bangunan dan interior di dalamnya juga akan menurun kualitasnya.
"Nanti salah satu yang mungkin kita bisa dorong adalah apakah ini juga cocok untuk dikonversi menjadi salah satu suplai perumahan di DKI," kata Sandiaga di Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (20/6).
Menurut Sandiaga, fasilitas di Wisma Atlet Kemayoran setara dengan hotel bintang tiga. Setiap unit terdiri atas dua kamar dengan tipe 21. Tiap tower diperkirakan mampu menampung 1.000 kamar. Ia menghitung, jika ada tujuh tower yang difungsikan, DKI bisa mengurangi backlog hingga 7.000 unit.
"Kalau dilihat kan satu towernya saja kita bisa lihat ada 1.000 kamar. Jadi, kalau misalnya ada tujuh tower seperti ini kan cukup banyak suplainya ya," ujar dia.
Hingga saat ini, belum ditemukan kesepakatan mengenai konsep pengelolaan hunian itu nantinya. Ketika ditanya apakah akan menggunakan konsep rusunami atau rusunawa, Sandiaga menolak berspekulasi. Menurut dia, hal itu masih dalam proses pembicaraan.
Ia mengatakan, nantinya Plt Dinas Perumahan dan Permukiman Rakyat Meli Budiastuti akan berkoordinasi dengan pemilik lahan, dalam hal ini Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Ketiganya akan membicarakan penggunaan fasilitas itu setelah Asian Para Games berlalu.
Saat ini pembangunan Wisma Atlet Kemayoran telah mencapai 80-85 persen. Sisanya, terutama yang berkaitan dengan masalah penataan yang masih akan dilengkapi hingga para atlet tiba.
Para atlet dijadwalkanmulai datang ke Jakarta pada 25 Juni. Test event akan diselenggarakan pada 30 Juni hingga 3 Juli 2018. Wisma itu akan dihuni oleh sekitar 2.000 orang, terdiri dari atlet, official, panitia, dan relawan.
Hingga saat ini masih ditemukan beberapa keluhan mengenai fasilitas kamar di Wisma Atlet Kemayoran, terutama berkaitan ukutannya yang kecil dan sulitnya akses parkir. Menurut Sandiaga, meskipun kecil, kamar-kamar itu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan OCA. Ia juga mengatakan akan memfungsikan beberapa wilayah di kompleks wisma sebagai tambahan ruang parkir.
Para atlet, kata Sandiaga, juga tidak mempermasalahkan luas kamar yang ada. Hal yang terpenting ialah aksesibilitas bagi para atlet difabel. Selain kursi roda, tersedia pula beberapa fasilitas lain untuk mempermudah ruang gerak mereka.
Sandiaga menambahkan, pengelolaan Wisma Atlet selama test event akan menjadi tanggung jawab Horison Group. Perusahaan itu akan menyediakan berbagai fasilitas, terutama perawatan kamar, perawatan gedung, dan resepsionis.