Rabu 20 Jun 2018 19:21 WIB

Cita Rasa Makanan Tradisional Idul Fitri di Lahore

Pheni, salah satu hidangan yang dibuat khusus pada perayaan Idul Fitri.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang koki menyiapkan hidangan khas di Lahore  yang terbuat dari daging kambing.
Foto: Gulfnews
Seorang koki menyiapkan hidangan khas di Lahore yang terbuat dari daging kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Ada yang mengatakan bahwa Idul Fitri di Lahore, Pakistan tidak lengkap rasanya apabila tidak mencicipi pheni. Makanan manis ini terbuat dari susu, bihun dan gula. Pheni adalah makanan yang wajib dimakan saat Idul Fitri.

Selama perayaan yang menggembirakan ini, udara di pasar benar-benar berubah menjadi aromatik karena berbagai manisan tradisional, savouries, kebab, dan kari yang dimasak. Jalanan di Lahore menjadi hidup dengan berbagai aroma lezat saat Idul Fitri. Aroma ini otomatis menarik anak muda maupun orang tua untuk menikmati makanan tradisional. Pheni dibuat khusus pada perayaan Idul Fitri.

Orang-orang biasanya memakannya sebagai hidangan sarapan ringan sebelum Shalat Idul Fitri. Dilansir Gulfnews, terdapat dua jenis pheni, yaitu pheni buatan tangan dan buatan pabrik. Toko keluarga Mian Sajjad di daerah Gowalmandi yang lama, telah berbisnis menjual pheni buatan tangan selama lima dekade.

“Ayah saya dulu menjalankan bisnis ini. Sekarang saya yang menjalankan toko. Kami melanjutkan tradisi lama (membuat pheni secara tradisional, Red) karena pelanggan kami memintanya. Ini lebih enak,” kata Mian.

Makanan tradisional lainnya untuk sarapan adalah bakarkwani, rasanya asin dan biasanya dimakan sambil menyeruput teh,  khund kulcha (roti naan manis) dan hareesa. Hidangan ini terbuat dari kacang-kacangan dan dicampur dengan daging sapi atau daging kambing dan dimakan sebagai hidangan panas.

Toko Amritsari Hareesa yang terkenal di Nisbet Road adalah outlet tertua yang telah beroperasi selama 75 tahun. Irshad Sahib, yang menjalankan bisnis keluarga ini, mengatakan bahwa meskipun cuacanya sangat panas, ia mengharapkan banyak pelanggan yang akan datang. “Sudah menjadi tradisi untuk setidaknya mencicipi satu kali hareesa (selama Idul Fitri). Kami biasa membuka toko hanya pada pagi hari, tetapi karena peningkatan permintaan, kami sekarang buka dari pagi hingga malam hari,” kata Irshad.

Harissa tradisional, dibuat dengan daging merah, dan sekarang juga dibuat dengan ayam. "Anak-anak sangat suka makan ayam hareesa," kata Irshad.

Hidangan tradisional lainnya yang terus diminati adalah daging panggang. Namun, Tikka Lahori dan kebab terus menjadi salah satu favorit utama. Tikka Lahori adalah mahakarya kesegaran karena dagingnya direndam setidaknya selama 12 hingga 20 jam sebelum dimasak.

Hidangan favorit lainnya adalah karahi dan kunna. Ini adalah daging kambing atau daging sapi yang dimasak di pot tanah dengan campuran rempah-rempah.

Adil Nawaz, juru kamera saluran televisi Pakistan, bekerja sebagai katering makanan yang menyajikan resep keluarga leluhur yang sangat disukai oleh pelanggan. "Saya dapat mengklaim bahwa kami menyiapkan kebab daging sapi terbaik di dunia. Ini resep keluarga kami. Kami memiliki campuran yang hanya diketahui oleh kami dan ini yang membuat kebab kami sangat berbeda,” kata Adil.

Meskipun banyaknya pengaruh yang masuk dari makanan cepat saji dari Barat, daya tarik masakan tradisional Pakistan tetap tanpa batas. Meskipun beberapa anak muda pergi untuk berbuka puasa ke restoran-restoran internasional, tetapi mayoritas lebih suka menikmati masakan tradisional.

Uzma Aleem, profesor di Lahore College for Women University, mengatakan, suka mencoba masakan yang berbeda seperti Prancis, Italia, dan Meksiko. "Tetapi saya sangat menyukai hidangan tradisional kami yang sangat lezat,

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement