REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Menteri Luar Negeri Meksiko pada Selasa menyebut pemisahan anak-anak dari orang tua pendatang di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko "kejam dan tidak manusiawi". Sedangkan calon presiden sayap kiri menjelang pemilihan presiden bulan depan menyebutnya "rasis."
Gambar yang diterbitkan minggu ini dari anak-anak dan pemuda yang duduk di dalam kandang berlantai beton di fasilitas penampungan AS telah menimbulkan kemarahan. Para pejabat AS membela langkah-langkah itu sebagai cara untuk mengamankan perbatasan dan menghalangi orang yang masuk secara ilegal.
"Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang jelas dan menempatkan anak-anak, termasuk mereka yang cacat, dalam situasi yang rentan," kata Menteri Luar Negeri Meksiko, Luis Videgaray pada konferensi pers di Kota Meksiko, di mana dia mendesak AS untuk mempertimbangkan kembali praktik tersebut.
Videgaray mengatakan Pemerintah Meksiko telah membuat sikapnya jelas kepada pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan mengangkat masalah ini dengan pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Andres Manuel Lopez Obrador, yang memimpin jajak pendapat menjelang pemilihan 1 Juli di negara itu, meminta Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto untuk "bertindak mendesak" untuk menghentikan "sikap arogan, rasis, tidak manusiawi mendeportasi anak-anak, menempatkan mereka di dalam kandang dan memisahkan mereka dari mereka dari orangtua."
"Segera, sesegera mungkin, ketika gerakan kami menang, kami akan membela para pendatang dari Meksiko, Amerika Tengah, semua benua Amerika, dan semua pendatang di dunia," katanya di sebuah unjuk rasa di Culiacan, ibukota negara bagian tenggara Sinaloa.
Dari sekitar 1.995 kasus yang didaftarkan oleh otoritas AS, hanya sekitar satu persen dari anak-anak yang terkena dampaknya adalah warga negara Meksiko, dan sebagian besar telah dipulangkan, kata Videgaray. Di antara 21 kasus yang diidentifikasi orang-orang Meksiko yang terpisah dari orang tua mereka adalah seorang gadis berusia 10 tahun dengan Sindrom "Down" yang ditahan di McAllen, Texas, kata Videgaray, menambahkan bahwa ibu gadis itu dikirim ke tempat lain.
Jaksa Agung AS Jeff Sessions mengumumkan kebijakan "nol toleransi" pada April bahwa semua pendatang yang ditangkap saat melintasi perbatasan AS-Meksiko secara ilegal harus dituntut secara kriminal di bawah undang-undang tindak pidana. Kebijakan tersebut telah menyebabkan perpisahan keluarga karena ketika staf perbatasan merujuk para pendatang yang ditangkap ke pengadilan untuk penuntutan, orang tua ditahan di penjara federal untuk menunggu persidangan oleh hakim sementara anak-anak tetap berada di tahanan patroli perbatasan atau dipindahkan ke fasilitas.
Sebagian besar anak-anak berasal dari Amerika Tengah, terutama Guatemala, Honduras, dan El Salvador. Honduras pada Senin menyerukan AS untuk mengakhiri pemisahan, dan El Salvador mengatakan kebijakan itu menempatkan kesehatan anak-anak dalam risiko dan dapat menyebabkan luka psikologis.
Videgaray mengatakan Meksiko akan bekerja sama dengan pemerintah Amerika Tengah. Ketegangan meningkat antara Meksiko dan AS di atas perbatasan bersama sejak Trump mencalonkan diri untuk berkuasa demi membangun tembok perbatasan guna mencegah pendatang gelap.