REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang memutuskan menghentikan latihan evakuasi menghadapi serangan rudal Korea Utara (Korut). Seorang pejabat kabinet Jepang mengatakan kepada Reuters, penghentian latihan ini akan diumumkan pada Jumat (22/6) mendatang.
Korut tahun lalu meluncurkan dua rudal yang terbang di atas wilayah Jepang. Korut juga sempat melakukan uji coba nuklirnya yang keenam.
Latihan evakuasi pertama di Tokyo digelar Januari lalu. Sejumlah kota kecil dan desa-desa di Jepang juga telah melakukan latihan serupa ketika Korut semakin gencar mengembangkan program rudal dan senjata nuklirnya.
Menurut laporan kantor berita Kyodo pada Kamis (21/6), sebelumnya Pemerintah Jepang telah merencanakan latihan evakuasi di sembilan prefektur tahun ini. Seorang pejabat di Yaita mengatakan Prefektur Tochigi telah diberi tahu pemerintah pusat telah memutuskan menghentikan latihan evakuasi dengan mempertimbangkan situasi internasional.
Kyodo mengatakan, beberapa prefektur lainnya juga telah diberitahu tentang keputusan yang akan segera diumumkan untuk menghentikan latihan evakuasi. Keputusan ini diambil setelah pertemuan bersejarah dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura. Jepang menyambut baik KTT Trump-Kim itu dan menyebutnya sebagai langkah pertama menuju denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga menginginkan pertemuan khusus tersendiri dengan Kim Jong-un. Pertemuan dilakukan untuk membahas masalah warga Jepang yang diculik agen Korut beberapa dekade lalu.
Pada 2002, Korut mengakui agen-agennya telah menculik 13 warga Jepang pada 1970-an dan 1980-an. Jepang mengatakan, 17 warganya telah diculik dan hanya lima orang yang berhasil dipulangkan.
Korut mengatakan delapan dari warga-warga Jepang yang diculik itu telah tewas, sementara empat lainnya tidak pernah diakui masuk ke negara tersebut. Abe telah menjadikan masalah ini sebagai pilar karier politiknya dan bersumpah tidak akan beristirahat sampai semua korban penculikan kembali ke Jepang.