REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak delapan provinsi di Indonesia berada dalam kondisi siaga Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Provinsi tersebut berada di Sumatera dan Kalimantan.
"Dari Sumatera sudah empat, Kalimantan empat. Delapan (provinsi siaga) jadinya," kata Direktur Pengendalian Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B Panjaitan, Kamis (21/6).
Delapan provinsi tersebut di antaranya Sumatera Selatan, Aceh, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.
Menurutnya, kondisi alam tahun ini lebih kering dari tahun lalu seperti yang diungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal tersebut tampak dengan adanya pergerakan peningkatan titik panas atau hotspot sekitar 30 persen dari tahun lalu pada periode Januari hingga Juni.
"Luas kebakarannya sekarang ini sampai 22 ribu hektare pada Januari sampai 31 Mei tapi di rawa dan di gambut hampir 50:50," ujarnya.
Menurutnya, periode Juli-Agustus adalah puncak kekeringan sehingga perlu adanya peningkatan kewaspadaan. Pemerintah daerah, ia melanjutkan, saat ini sudah sangat antisipatif dengan penetapan siaga darurat begitu juga dengan pemerintah pusat.
Badan Nasional Pengendalian Bencana (BNPB) sudah menyiapkan helikopter untuk daerah terpencil atau remote area. Contohnya, pemda dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ikut turun saat terjadi kebakaran di kawasan Leuser, Aceh. Hanya saja, karena remote area, dibutuhkan waktu agak lama menuju lokasi.
"Makanya kita bantu dari Daops Manggala Agni Sibolangit," tambah Raffles. Sebanyak 30 orang dari Manggala Agni ditambah untuk menangani kebakaran di Leuser.
Saat ini, kebakaran tersebut masih terjadi karena berada di lahan gambut. Namun, pada hari ini kebakaran tersisa 10 persen.
Sedangkan, untuk penanganan karhutla di luar provinsi rawan seperti Nusa Tenggara maupun kawasan Lawu di Jawa, instansi terkait sudah mempunyai gugus tugas sendiri. Begitu juga dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) yang responsif. MPA tersebut bahkan diakui Raffles yang pertama mengatasi kebakaran di Lawu.
Kebakaran belum lama ini juga terjadi di Pulau Komodo, NTT. Kondisi tanah di lahan yang terbakar merupakan mineral sehingga mudah padam.
"Itu karena pengunjung lalai, tapi sudah ditangani," ujarnya.