REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Ratusan warga Irak yang belum memiliki pekerjaan menggelar demonstrasi di provinsi Basra. Mereka menentang masuknya pekerja asing di sektor minyak provinsi.
Provinsi Basra menghasilkan setidaknya 80 persen minyak Irak. Dilansir Middle East Monitor, Kamis (21/6), para pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung gubernur dan meneriakkan slogan-slogan yang menentang perekrutan pekerja asing.
"Ribuan pengangguran termasuk lulusan universitas di provinsi Basra tidak memilikil pekerjaan. Sementara ribuan pekerja dibawa dari Asia Timur untuk bekerja di fasilitas minyak dan ladang," kata seorang demonstran, Mansour Hussein.
Ia mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh, para pekerja asing dibayar dengan gaji tinggi. Gaji mereka bisa mencapai 3.000 dolar AS per bulan.
Menurut Hussein, pemerintah federal dan pemerintah setempat di provinsi itu mengumumkan bahwa perusahaan minyak asing yang ingin berinvestasi di provinsi Basra harus memekerjakan 50 persen stafnya dari warga Irak. "Orang yang menganggur tidak akan tetap diam", tambahnya.
Belum ada komentar dari pihak berwenang Irak tentang aksi demontrasi ini. Irak menderita krisis keuangan akut karena turunnya harga minyak dan tingginya pengeluaran untuk program anti-terorisme.