Sabtu 23 Jun 2018 17:47 WIB

Alasan Korban KM Sinar Bangun tak Mengapung di Danau Toba

Ganggang ini setinggi 40-60 meter dari dasar danau

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Budi Raharjo
Tim SAR gabungan berada di atas kapal yang dilengkapi rangkaian alat multibeam side scan sonar, saat melakukan proses pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (22/6).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Tim SAR gabungan berada di atas kapal yang dilengkapi rangkaian alat multibeam side scan sonar, saat melakukan proses pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memperkirakan mayat-mayat penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun tidak terlihat mengapung ke permukaan Danau Toba, Sumatra Utara akibat terlilit atau terhalang tanaman sejenis ganggang. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengaku memperoleh informasi dari penduduk setempat bahwa ada tanaman sejenis ganggang atau rumput laut yang berdiri tegak lurus dari dasar danau.

Tanaman ini, kata dia, berdiri tegak menuju permukaan karena mencari sinar matahari. "Ganggang ini setinggi 40-60 meter dari dasar danau. Jadi kalau ada penumpang meninggal dan seharusnya mengapung tetapi tak bisa karena terhalang ganggang dan dia terllilit," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (22/6) malam.

Ucapan masyarakat tersebut bukan isapan jempol belaka. Soerjanto pernah membuktikan sendiri keberadaan ganggang ini. Ia menceritakan saat tengah mencari dan menyisir helikopter yang juga tenggelam di danau ini, pihaknya sempat kesulitan dengan keberadaan ganggang tersebut.

Helikopter itu juga tak terlihat dari permukaan air danau. Kemudian KNKT menarik helikopter ini menggunakan semacam jangkar dan ditarik menggunakan kapal boat ternyata ada tanaman itu yang terbawa dengan panjang sekitar 70 meter. "Ada yang batangnya sebesar jempol, kelingking," katanya.

Belum lagi kendala luasnya danau. Ia menyebut luas Danau Toba jika diukur jarak ibarat satu mobil melakukan perjalanan darat mengelilingi tempat ini dan kembali ke tempat yang sama membutuhkan waktu sekitar 14 jam.

Disinggung mengenai mengangkat semua ganggang ini untuk mempermudah penemuan mayat dan bangkai kapal, ia menyebut mustahil. Menurutnya tanaman ini ada di banyak sudut Danau Toba. Mengenai kemungkinan menyelam dan mencari mayat penumpang atau bangkai kapal, ia juga pesimistis.

"Karena mayat ada di dasar danau yang kedalamannya sekitar 800 meter. Jadi tidak mungkin orang bisa menyelam dan mencari karena batas kedalaman orang bisa menyelam sampai 30 meter saja," katanya.

Jadi, ia pesimistis mayat yang terletak di dasar danau bisa ditemukan. Pun demikian dengan bangkai kapal. Ia menganalogikan danau ini seperti hutan dan tanaman tersebut seperti pohon setinggi 60 meter. "Begitu truk kalau jatuh ke hutan itu kalau dilihat dari atas kan hilang, tidak bisa terlihat. Cuma ini di dalam air," ujarnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap berupaya menemukan bangkai KM ini dengan menyisirnya. Untuk mempermudah, pihaknya telah menerjunkan alat-alat bantuan dari Angkatan Laut (AL) hingga Badan SAR Nasional untuk survei underwater seperti scansonner, multipin AL.

"Selain itu, kami juga wawancara penumpang selamat, saksi, mengolah data awal, dan akan menganalisa di Jakarta. Jadi analisanya lebih akurat," katanya. 

 

Baca juga: Nahkoda KM Sinar Bangun Ditetapkan Sebagai Tersangka

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement