REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul tengah mengembangkan budi daya tanaman bawang merah organik. Upaya tersebut sudah diujicoba petani di Dusun Nawungan, Selopamioro, Imogiri, Bantul dan kini telah dilakukan panen perdana.
Bupati Bantul Suharsono menjelaskan bawang merah hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditi pangan strategis yang sering memicu inflasi bersama dengan cabai. Oleh karena itu, Bantul pun mencoba mengembangkan bawang merah organik yang dipanen untuk pertama kalinya pada Jumat (22/6).
Ia pun berharap, panen raya ini akan menjadi pemicu semangat dan bisa menginspirasi petani di Kabupaten Bantul mengembangkan tanaman bawang merah organik. "Budidaya bawang merah secara organik tentu saja akan mengembalikan kesuburan tanah kita. Dengan tanah yang sehat, baik struktur tanahnya maupun unsur kimia yang ada, saya yakin budidaya bawang merah di Kabupaten Bantul akan dapat berkelanjutan, dan menghasilkan bawang merah yang sehat dan bebas dari pestisida," ujarnya.
Suharsono menambahkan, semua pengampu kepentingan di Kabupaten Bantul diharapkan dapat membangun dan menciptakan cara agar bawang merah yang dibudidayakan secara organik ini dapat memiliki harga jual di pasaran yang berbeda dengan harga bawang merah yang dibudidayakan secara konvensional. Menurutnya, mungkin salah satu upayanya adalah dengan pengemasan (packing) dan adanya pemberian sertifikat organik.
Foto: Pemkab Bantul
Terkait dengan lahan organik, terdapat 105 hektare tanaman bawang merah di Dusun Nawungan yang pada Juni-Juli ini masuk masa panen. Tanaman bawang tersebut dikelola oleh sekitar 120 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Lestari Mulyo.
Ketua Kelompok Tani Lestari Mulyo, Juwari, mengatakan dari 105 hektare tanaman bawang merah, setiap hektare menghasilkan sekitar 12 ton. Jumlah tersebut Jauh lebih banyak dibanding bawang merah yang dipupuk dengan pupuk kimia yang hasilnya hanya sekitar 8-10 ton per hektare.
Sementara hasil keseluruhan tanaman bawang organik seluas 105 hektare yang dipanen selama dua bulan ini diperkirakan mencapai Rp 16,8 miliar. "Modal yang kami keluarkan sejak masa tanam sampai masa panen hanya sekitar Rp 4 miliar," ucap Juwari.
Ia mengatakan petani bawang di dusunnya dari tahun ke tahun terus bertambah. Awalnya petani bawang hanya sekitar 80 hektare. Namun sejak dua tahun terakhir luasan tanaman bawang bertambah menjadi 102 hektare. Hal itu tidak lepas dari adanya bantuan embung di dusun tersebut.
Lahan pertanian di daerah perbukitan Selopamioro kini sudah memiliki sekitar 440 embung untuk menampung air hujan dan dua sumur dalam untuk mengantisipasi jika embung kering. Lahan pertanian di wilayah tersebut kini juga sudah dibuat terasiring agar mampu menampung air hujan.