REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wakapolri Komjen Syafruddin membantah bila pihak kepolisian menunda-nunda penuntasan kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Syafruddin menegaskan, Polri selalu berupaya menuntaskan kasus-kasus hukum.
“Proses penyidikan kasus Novel jalan terus tidak pernah berhenti, bukan hanya kasus Novel yang diproses, banyak kasus yang kita proses yang sudah lama tapi belum terungkap, catat itu!," tegasnya pada wartawan ketika mendatangi kegiatan peresmian salah satu Masjid di Kota Tasikmalaya Jawa Barat, Sabtu (23/6).
Syafruddin mengingatkan supaya masyarakat tidak hanya mengingat kasus Novel sebagai salah satu kasus yang belum tuntas. Menurutnya masih ada sejumlah kasus lama lainnya yang masih berupaya dituntaskan. Salah satunya ialah kasus bom di Kedutaan Besar (Kedubes) Filipina untuk Indonesia yang terjadi pada tahun 2000.
"Seperti kasus kedutaan Filipina yang sudah 16 tahun pelakunya belum terungkap sampai sekarang, jadi jangan hanya melihat satu kasus," sebutnya.
Sedangkan khusus untuk kasus Novel, ia tekankan terus diproses oleh pihak Kepolisian. Hanya saja penyelesaiannya membutuhkan waktu hingga belum tuntas sampai sekarang. "Kasus yang lain juga banyak yang prosesnya lama. Media kalau tanya, jangan hanya kasus Novel Baswedan saja, tapi kasus yang lama lainnya tanyakan juga biar adil. Anda tahu berapa kasus yang belum terungkap? ya ratusan," ujarnya.
Mengenai belum tuntasnya kasus Novel, ia membantah bila terdapat keterlibatan petinggi Korps Bhayangkara. “Tidak ada, tidak ada, tidak ada,” ucapnya.
Baca juga: Novel Mengaku Masih Diancam Pelaku Penyiram Air Keras
Diketahui, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan sudah berjalan setahun. Sayangnya hingga kini polisi belum mengungkap pelaku teror tersebut.
Sementara, Novel Baswedan mengaku pelaku penyiraman air keras masih bebas berkeliaran, bahkan pelaku juga masih berani mengancamnya. Namun, Novel mengatakan tetap percaya kepada pihak kepolisian untuk menyelesaikan kasus penyerangan yang diterimanya.
"Saya pulang hari pertama dari Singapura masih diancam, pelakunya bilang ada di depan saya. Polisi itu institusi yang baik terhormat, kalau ada kayak gitu kan bisa merusak (nama Polri)," kata Novel saat ditemui di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Ahad (17/6).
Pelaku penyiraman air keras ini terlihat sangat tidak takut akan apa yang diperbuatnya, melihat saat Novel baru satu hari kembali dari Singapura, ia sudah mendapat teror lagi. Bahkan, pelaku teror itu menyebut bahwa dirinya mengawasi Novel dari jarak sangat dekat.