REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kaum perempuan Arab Saudi menyusuri jalan-jalan dengan mobil mereka pada Ahad pagi (24/6). Hal itu menandai akhir larangan terakhir di dunia terhadap pengemudi wanita, yang telah lama dipandang sebagai lambang represif atas kaum hawa di kerajaan yang konservatif itu.
"Hari ini indah," kata Samah al-Qusaibi, wanita pengusaha, ketika menyusuri Khobar, kota di bagian timur Saudi beberapa jam setelah tengah malam dengan petugas polisi lalu lintas hanya memperhatikan. "Hari ini kami di sini," ujar dia dari belakang kursi kemudi. "Kemarin kami duduk di sana," tambahnya, menunjuk ke kursi di bagian belakang.
September tahun lalu Raja Salman mencabut larangan mengemudi bagi wanita. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari reformasi yang dilakukan anaknya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang punya pengaruh kuat, dalam usaha transformasi ekonomi eksportir minyak terbesar di dunia itu dan membuka masyarakatnya yang tertutup.
"Ini hak kami dan akhirnya kami memperolehnya. Hanya soal waktu bagi masyarakat untuk menerimanya, secara umum," kata Samira al-Ghamdi, psikolog yang berusia 47 tahun, asal Jeddah, ketika ia pergi ke kantor dengan mengendarai sendiri.
Seorang perempuan Saudi menunjukkan kartu izin mengemudi di Saudi Driving School, Princess Nora University, Arab Saudi, Sabtu (23/6). Perempuan Saudi kini bisa mengemudi. Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Ia adalah salah seorang kelompok wanita yang berusaha memperoleh surat izin mengemudi sebelum larangan dicabut. Pencabutan larangan tersebut, yang selama bertahun-tahun mengundang kecaman internasional dan perbandingan dengan praktik pemerintahan Taliban di Afghanistan, disambut baik sekutu-sekutu Barat sebagai bukti tren progresif baru di Arab Saudi.
Tetapi pencabutan itu disertai dengan penumpasan oleh pihak berwenang atas pemerotes, termasuk terhadap sejumlah pegiat yang sebelumnya mengampanyekan penentangan terhadap langkah itu. Mereka kini berada di balik jeruji penjara sementara rekan-rekan mereka secara legal menyusuri jalan-jalan untuk pertama kali.
Jumlah pengemudi baru masih rendah, sementara kaum wanita yang telah memperoleh izin dari luar negeri mulai mengalihkan izin awal bulan ini. Wanita-wanita lain sedang mengikuti latihan di tempat kursus yang dikelola pemerintah. Sebanyak tiga juta wanita diperkirakan akan mengemudi pada 2020.
Sejumlah wanita masih menghadapi penentangan oleh kerabatnya yang sudah biasa menggunakan jasa pengemudi swasta. "Saya sebenarnya tidak suka mengemudi. Saya suka seperti seorang putri dengan seseorang membukakan pintu mobil buat saya dan antar saya ke mana saja," ujar Fayza al-Shammary (22), yang di keseharian bekerja di bagian pemasaran.