Senin 25 Jun 2018 14:36 WIB

Dari Januari-Mei, RI Defisit 8,1 Miliar Dolar AS dengan Cina

Impor nonmigas dari Cina didominasi dari mulai produk laptop hingga televisi.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Defisit perdagangan Indonesia terhadap Cina
Foto: republika
Defisit perdagangan Indonesia terhadap Cina

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Neraca dagang Indonesia dengan mitra dagang terbesarnya, yakni Cina, kembali mengalami defisit.  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca dagang Indonesia dengan Cina  sebesar 8,1 miliar dolar AS pada Januari hingga Mei 2018.

Angka defisit makin melebar dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 5,8 miliar dolar AS. Cina masih mendominasi pangsa ekspor maupun impor nonmigas Indonesia pada Januari hingga Mei 2018. Impor asal Cina adalah 18,36 miliar dolar AS atau 27,87 persen dari total impor nonmigas. 

"Impor dari Cina didominasi produk laptop dan TV LCD," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Senin (25/6).

Sementara itu, ekspor ke Cina adalah 10,25 miliar dolar AS atau 15,05 persen dari total ekspor nonmigas.

Cina merupakan negara yang memberikan defisit neraca dagang terbesar untuk Indonesia. Hal itu kemudian disusul oleh Thailand dengan defisit neraca dagang sebesar 2 miliar dolar AS dan Australia sebesar 1 miliar dolar AS.

Sementara itu, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar 3,5 miliar dolar AS sepanjang Januari hingga Mei 2018. Pada periode yang sama tahun lalu, surplus dagang dengan AS lebih tinggi, yakni sebesar 4 miliar dolar AS.

Hal itu kemudian disusul oleh India dengan surplus sebesar 3,3 miliar dolar AS dan Belanda sebesar 1,2 miliar dolar AS.

Baca juga,  Impor Melonjak, Defisit Neraca Dagang Makin Lebar.

BPS mencatat secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,52 miliar dolar AS pada Mei 2018. Defisit kembali terjadi setelah April 2018 juga terjadi defisit sebesar 1,63 miliar dolar AS. Secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2018, defisit neraca dagang makin melebar menjadi 2,83 miliar dolar AS.

"Pertumbuhan ekspor sebetulnya bagus, tapi pertumbuhan impornya jauh lebih tinggi," ujar Suhariyanto. 

Impor pada Mei 2018 mencapai 17,64 miliar dolar AS. Suhariyanto menyebut, terjadi kenaikan impor sebesar 9,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, jika dibandingkan Mei 2017 terjadi peningkatan 28,12 persen.

Impor migas menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 20,95 persen (month to month/MTM) menjadi 2,81 miliar dolar AS. Sementara itu, impor nonmigas naik 7,19 persen (MTM) menjadi 14,89 miliar dolar AS.

Menurut penggunaan barang, impor barang konsumsi melonjak akibat kebutuhan Ramadhan. Suhariyanto memerinci, impor barang konsumsi Mei 2018 adalah 1,73 miliar dolar AS. Nilai impor itu mengalami peningkatan 14,48 persen (MTM) dan 34,01 persen (YOY).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement