Senin 25 Jun 2018 16:30 WIB

Mubaligh Perlu Bicara Masalah Ekonomi dan Bisnis

Ceramah yang menyinggung masalah ekonomi dan bisnis terbilang kurang.

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Agung Sasongko
Tabligh akbar bertema Ramadhan Bulan Kebangkitan Ekonomi Syariah yang digelar Asbisindo DIY di Masjid Syuhada, Rabu (9/5).  Kegiatan yang digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan ini ditutup dengan nonton bersama film 212 The Power of Love.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Tabligh akbar bertema Ramadhan Bulan Kebangkitan Ekonomi Syariah yang digelar Asbisindo DIY di Masjid Syuhada, Rabu (9/5). Kegiatan yang digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan ini ditutup dengan nonton bersama film 212 The Power of Love.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pimpinan Pusat Muhamamdiyah menilai pengurus masjid harus mulai mendorong mubaligh, ulama, dan dai berkhotbah ihwal masalah ekonomi dan bisnis.

“Kita mengharapkan supaya masjid dan mushala yang ada, ceramah-ceramahnya tidak hanya berhubungan dengan akidah, ibadah, akhlak, tetapi juga masalah ekonomi dan bisnis,” kata Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas kepada Republika.co.id, Senin (25/6).

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai gagasan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendorong pembangunan ekonomi melalui masjid sangat bagus. Sebab, menurut dia, gagasan itu mampu membuat titik lemah umat Islam di bidang ekonomi bisa teratasi.

Berdasarkan penelitian yang pernah ia baca, dari 52 orang yang berkhotbah, hanya sedikit yang menyinggung masalah ekonomi. Dengan demikian, ia berharap masalah ekonomi bisa dijadikan dan diberi perhatian besar oleh pengurus masjid.

Menurut dia, hal itu bisa memotivasi umat untuk terlibat dalam ekonomi dan bisnis. Sehingga, umat terdorong memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal ekonomi dan bisnis.

Anwar mengatakan selama ini tak ada kendala berarti mengembangkan ekonomi melalui masjid. Hanya saja, memang masjid jarang bicara tentang ekonomi dan bisnis, serta tak ada suasana tersebut di lingkungan masjid.

“Semestinya ada usaha yang bisa kita selenggarakan, tapi kan ini tidak ada,” ujar dia.

Kendati demikian, menurut dia, saat ini ada masjid-masjid yang memberi ruang umat untuk berdagang di lingkungan masjid. Kondisi itu, ia mengatakan, membutuhkan adanya manajemen masjid yang bagus. Sehingga, lingkungan masjid tidak semrawut, tetapi tetap tertata dan bersih.

“Yang disampaikan Pak JK, nampaknya titik lemah umat Islam di bidang ekonomi dan bisnis,” ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement