REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan alasan mengapa ia ikut terlibat dalam pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Menurut Luhut, pembangunan patung itu sudah terbengkalai selama 24 tahun.
"Ada yang kritik saya, bilang ngapain urusin GWK. Asal tahu saja itu sudah 24 tahun (terbengkalai). Saya urusin karena belum pernah diresmikan Pak Harto. Barangnya belum ada, apa yang mau diresmikan," katanya di Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Senin (26/6).
Mantan Menko Polhukam itu mengatakan, rencananya patung GWK akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Agustus atau September mendatang. Rampungnya patung yang berlokasi di Kompleks GWK di Bukit Unggasan, Jimbaran, itu juga merupakan bagian dari persiapan menyambut perhelatan akbar pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia yang akan digelar di Pulau Dewata, Oktober mendatang.
Selain itu, Luhut menambahkan, patung yang diklaim tertinggi kedua di dunia itu menjadi tanggung jawab dia sebagai kementerian koordinator. Ia ikut mengoordinatori Kementerian Pariwisata. "Kementerian Pariwisata di bawah saya. Jadi, saya yang mengorganisasikan karena melibatkan banyak institusi," katanya.
Baca juga, Patung GWK Ditarget Selesai 2018.
Sebelumnya, banyak pihak yang mengkritik keterlibatan Luhut dalam proyek penyelesaian patung GWK. Sebagai Menko Kemaritiman yang dianggap hanya mengurusi lautan atau maritim, peran Luhut dinilai tumpang tindih. Kritikan tersebut banyak diungkapkan terutama di media sosial.
Bertemu Jepang
Pada hari yang sama, Menko Luhut bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Taro Kono membahas sejumlah proyek kerja sama kedua negara, terutama di bidang infrastruktur.
"Pertemuan dengan Menlu Jepang tadi kami menyangkut masalah kerja sama kereta api Jakarta-Surabaya, Pelabuhan Patimban, MRT Jakarta. Mereka juga berminat masuk di Tol Trans-Sumatra dan ingin membuat akuakultur di Natuna," katanya.
Luhut mengatakan, kedua pihak akan langsung membentuk satuan tugas khusus untuk bisa segera merampungkan dan merealisasikan kerja sama tersebut. Selain kerja sama di bidang infrastruktur, kedua negara juga akan meningkatkan kerja sama di bidang maritim dan vokasional.
"Selama ini orang selalu marah, masa orang Indonesia enggak ada yang bisa kerja di bidang industri teknik di luar Jawa. Memang iya kita kekurangan, karena bertahun-tahun kita tak pernah membuat vocational training yang cukup di luar Jawa," ujarnya.
Kendati demikian, Luhut mengaku tidak bisa menyebutkan secara terperinci besaran total nilai investasi Negeri Sakura, termasuk dengan tambahan sejumlah minat investasi baru. Detailnya masih akan dibicarakan lagi. "Miliaran dolar, tapi saya tidak tahu tepatnya," tuturnya.
Setelah pertemuan dengan Presiden Jokowi, Menlu Jepang Taro Kono bersama Menlu RI Retno Marsudi mengikuti pertemuan keenam Dialog Strategis Indonesia-Jepang. Keduanya menyepakati tentang pentingnya peningkatan kerja sama di bidang investasi antara Indonesia dan Jepang.
Menlu Retno dan Menlu Kono sepakat untuk menjajaki kemungkinan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi bagi produk manufaktur Jepang yang ditujukan untuk pasar ketiga, termasuk pasar di negara-negara ASEAN.
Selain itu, kedua Menlu juga sepakat tentang pentingnya mendorong penyelesaian perundingan Ulasan Menyeluruh Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (General Review Indonesia Japan Economic Partnership Agreement/GR-IJEPA) yang saling menguntungkan bagi kedua negara.